DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah.................................................................................. 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Disiplin Kelas..................................................................... 3
2.2 Pentingnya
Penanaman Disiplin Kelas................................................ 4
2.3 Hak
Kebutuhan Siswa dan Hubungan Penampilan Guru dan Disiplin 4
2.4 Strategi
Penanaman Disiplin Kelas...................................................... 6
2.5 Faktor
yang Mempengaruhi Strategi Penanaman Disiplin Kelas........ 8
2.6 Strategi
Penanganan Disiplin Kelas…………………………………..11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peningkatan mutu pendidikan
berkaitan langsung dengan hasil belajar siswa. Aspek yang perlu diperhatikan
untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa adalah mutu proses belajar mengajar
yang secara optimal berlangsung di dalam kelas. Untuk mencapai proses belajar
mengajar yang efektif ada dua pokok yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan
guru pada saat pengajaran berlangsung. Kegiatan tersebut adalah pengelolaan
pengajaran dan pengelolaan kelas. Salah satu hal yang perlu diperhatikan guru
dalam pengelolaan kelas adalah masalah kedisiplinan siswa pada saat proses
belajar mengajar. Guru mempunyai peranan penting dalam membina disiplin siswa.
Pembinaan disiplin ini dimaksudkan untuk mengefektifkan proses pembelajaran,
sehingga siswa bisa belajar dengan baik.
Pembinaan disiplin kelas tidak lepas dari
peran guru sebagai pemimpin pendidikan di kelas, sebagai salah satu faktor yang
sangat menentukan, guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola
kelas, karena guru yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi siswa
dengan latar belakangnya dan guru merupakan suatu profesi yang berguna untuk
hidup meskipun sesekali atau bahkan sering frekuensinya membuat stres ringan
hingga stres berat.
Berlangsungnya proses belajar
mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis dimana guru dapat
menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau
mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung
sekali kepada disiplin kelas. Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan
belajar mengajarnya pun akan menjadi kacau dan tidak menentu pula. Dengan demikian
penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang Disiplin Kelas.
B.
Rumusan Masalah
a.
Apa pengertian dari Disiplin Kelas?
b.
Seberapa pentingkah penanaman disiplin kelas?
c.
Apa saja hak kebutuhan siswa? Dan Apa hubungan tampilan guru dengan
disiplin?
d.
Bagaimana strategi penanaman disiplin kelas?
e.
Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi strategi penanaman
disiplin kelas?
f.
Bagaimana strategi penanganan disiplin kelas?
C.
Tujuan
a.
Untuk mengetahui apa itu disiplin kelas
b.
Untuk mengetahui pentingnya penanaman disiplin kelas
c.
Untuk mengetahui hak kebutuhan siswa dan mengetahui hubungan
tampilan guru dan disiplin
d.
Untuk mengetahui strategi penanaman disiplin kelas
e.
Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi strategi
penanaman disiplin kelas
f.
Untuk mengetahui strategi penanganan disiplin kelas
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Disiplin Kelas
Perkataan disiplin berasal dari
bahasa Yunani “Disciplus” yang artinya murid atau pengikut seseorang guru.
Seorang murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas
gurunya. Karena itu disiplin berarti
kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar murid dapat belajar. Adapun menurut
kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah disiplin mengandung
pengertian sebagai berikut: Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala
perbuatannya selalu mentaati tata tertib di sekolah. Berdasarkan pengertian
tersebut maka dapatlah penulis katakana bahwa disiplin adalah rasa tanggung
jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial untuk mematuhi segala
aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dpat belajar dengan baik. Dan juga
disiplin bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa didalam kelas/sekolah saja,
melainkan juga di dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari.[1]
Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
disiplin diartikan dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap
peraturan atau tata tertib.[2] Menurut The Liang Gie yang dimaksud dengan
disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergantung dalam
organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang
hati.
Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus
menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap
orang menjalankan fungsinya secara efektif. Dengan demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar
berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum pelajaran
dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.
Disiplin
diri peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan
mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana
yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka
menaati segala peraturan yang ditetapkan.[3]
B.
Pentingnya Penanaman Disiplin Kelas
Suasana belajar yang kondusif sangat
penting dalam proses pembelajaran siswa-siswa dikelas. Sadar atau tidak,
suasana belajar yang kondusif dapat menyumbangkan hasil belajat yang lebih berkualitas
. Suasana belajar yang kondusif adalah suasana belajar yang disiplin, namun
tidak monoton dank eras. Dengan kata lain serius tapi santai.
Dalam penanaman disiplin kelas,
manfaat yang diperoleh tidak hanya hasil belajar yang berkualitas, namun penanaman
disiplin kelas juga bertujuan untuk membentuk peserta didik yang berkepribadian
santun dan berkarakter, yang mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan
baik., taat pada peraturan serta dapat mempertanggung jawabkan segala
tindakannya. Dalam pelaksaan disiplin kelas, harus berdasarkan dalam diri
siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apa pun usaha yang
dilakukan oleh orang disekitarnya hanya akan sia-sia. Contoh pelaksanaan
disiplin kelas:
1.
Datang kesekolah tepat waktu
2.
Rajin belajar
3.
Menaati peraturan sekolah
4.
Mengikuti upacraa dengan tertib
5.
Melaksanakan dan mengumpulkan tugas dengan baik dan tepat waktu.
C.
Hak Kebutuhan Siswa dan Hubungan Tampilan Guru dengan Disiplin
Banyak guru kurang menyadari bahwa
siswa memiliki hak-hak tertentu di dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut
semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman atau tradisi yang
dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Beberapa hak siswa yang
penting dan yang perlu dijamin adalah:
1.
Hak menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya.
2.
Hak persamaan kedudukan atau
kebebasan dan diskriminasi dalam kelompok.
3.
Hak berekspresi secara pribadi.
4.
Hak keleluasaan pribadi.
5.
Hak menyelesaikan (studi) secara cepat.
Hak-hak itu semua adalah hak-hak
umum yang dimiliki para siswa. Dalam kaitan ini guru harus berusaha menerapkan
dalam praktik-praktik disiplin baik pada kebijakan sekolah maupun peraturan
atau hukum.
Kebutuhan para siswa adalah faktor
yang relevan dalam menentukan banyak sistem disiplin kelas atau sekolah. Satu
contoh adalah hak dan kebutuhan tertentu dari siswa cacat dan siswa yang perlu
mendapat perhatian khusus, misalnya, anak cacat tidak dapat dikeluarkan dari
sekolah kecuali jika Dewan Pertimbangan Kualifikasi Profesional menentukan
lain. Penentuan itu seperti bahwa penanganan terhadap mereka jika diteruskan
disekolah tersebut akan merugikan kedua belah pihak.
Berkaitan dengan sejumlah besar
kebutuhan para siswa, guru perlu mempertimbangkan dalam menentukan program
disiplin kelas yang relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan, tingkat
kemampuan umum para siswa, dan latar belakang sosio-ekonomi para siswa. Dalam
hal khusus guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubugan program disiplin
yang dibuat dengan motivasi individu para siswa. Dalam menegakkan seperangkat
ketentuan disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan bagaimana para siswa
seharusnya bertingkah laku dan apa yang akan terjadi bila siswa berkelakuan
lain. Beberapa problema yang akan mengganggu disiplin siswa dapat diperkirakan
sejak dini. Contoh dari problema itu adalah siswa melawan. Terhadap hal
tersebut, apakah guru membiarkan prilaku siswa yang keluar dari ketentuan yang
diharapkan. Tentu saja tidak, oleh karena itu kalau terjadi hal seperti itu
tindakann preventif segera dapat diterapkan.
Dan apakah hubungan penampilan guru
dan disiplin? Keberadaan guru dikelas tidak hanya bertugas
menyampaikan kurikulum atau materi yang direncanakan kepada para siswa, tetapi
kondisi personal disiplin para guru itu sendiri dikelas perlu ditampilkan.
Materi dan disiplin harus dikaitkan kepada pemahaman umum dari apa yang
diharapkan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman
disiplin misalnya dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa
untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah.
Faktor disiplin penting lain dapat berkembang pada
sejumlah guru ditingkat sekolah dasar dan menengah yang mengajar secara tim.
Walaupun guru tersebut tidak secara riil mengajar bersama dan menyampaikan
kepada para siswa dalam bahasan yang sama pada ruang atau waktu saat para guru
mengajar. Karena pra siswa diajar oleh masing-masing guru dalam kelompok tim,
maka komponen penting dari disiplin harus dirumuskan. Karena kalau tidak
dirumuskan akan terjadi ketidak konsistenan antara siswa satu dengan yang
lainnya dalam menangkap makna materi. Misalnya, seorang guru membiarkan seorang
siswa menyontek sementara yang lain tidak diijinkan. Perlakuan diskriminatif
ini akan menimbulkan ketidak konsistenan diantara mereka. Lebih lanjut harus
ada respon yang saling menguntungkan diantara para profesional sekolah mengenai
pelaksanaan pemeliharaan disiplin dikelas.
Guru baru harus memandang mereka sendiri sebagai
bagian kelompok atau tim yang bertanggung jawab menyampaikan perencanaan
pendeidikan tentang disiplin. Mereka hendaknya tidak sebagai seorang ahli yang
berpraktik dalam kelas yang terisolasi, melainkan perlu kerterpaduan antara
teori dan prakek.
D. Strategi Penanaman Disiplin Kelas
Dalam penerapannya, disiplin kelas tidak dapat
begitu saja diberikan kepada peserta didik. Dalam hal ini dibutuhkan
sosialisasi yang baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk itu, dalam
penanaman disiplin kelas memerlukan strategi yang jitu, yakni dengan
menggunakan pendekatan yang baik terhadap peserta didik. Strategi yang dapat
digunakan dalam penanaman disiplin kelas tersebut antara lain :
1. Dengan
model contoh yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Dalam hal ini guru
memberikan contoh tentang cara bersikap, bertutur, dan berperilaku yang baik
yang sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku.
2.
Penerapan peraturan tata tertib yang fleksibel, yang nyaman dan tidak membuat
peserta didik merasa tertekan selama proses belajar.
3.
Menyesuaikan peraturan dengan psikologi dan perkembangan anak. Hal ini
bertujuan supaya anak tidak merasa tertekan dan perkembangannya tidak terganggu
karena tekanan terhadap psikologinya.
4.
Melibatkan peserta didik dalam pembuatan aturan atau tata tertib, supaya siswa
merasa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri, meski
pada kenyataannya peraturan tersebut dibuat dan disepakati bersama.
5.
Menjalin hubungan sosial yang baik dengan peserta didik agar tercipta suasana
kekeluargaan yang nyaman.
6.
Mengajarkan untuk hidup menurut prinsip struktur otoritas. Hal ini berkaitan
dengan prinsip dalam bertindak yang sesuai dengan aturan Tuhan YME.
7.
Memperlakukan orangtua peserta didik sebagai mitra kerja. Seorang pendidik
sudah seharusnya bekerjasama dengan orangtua peserta didik dalam penanaman
sikap disiplin. Karena bagaimana pun keluarga memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam proses belajar anak.
8.
Mengatur dan menciptakan suasana kelas dengan baik. Kelas yang teratur dapat
menjadi wadah peserta didik dalam “mengikuti arus” saat proses belajar
dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan fisik sekolah,
misalnya : penataan ruang kelas, pangaturan tempat duduk, dan persiapan
mengajar.
9.
Pemberian reward (penghargaan) kepada siswa yang berperikalu baik. Hal ini
dapat memacu siswa untuk menaati kedisiplinan.
E. Faktor yang Mempengaruhi Strategi Penanaman
Disiplin Kelas
Dalam proses penanaman disiplin kelas tentu tida
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi strategi penanaman disiplin kelas
itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi tersebut tentu faktor dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal). Untuk lebih jelasnya mari kita
lihat keterangan berikut:
A. Faktor internal
a. Faktor
fisiologis,
yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain, pendengaran,
penglihatan, kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan
sakit yang di derita. Faktor fisiologis ikut berperan dalam menentukan disiplin
belajar siswa. Siswa yang memiliki keadaan fisiologis yang sehat cenderung
dapat melaksanakan disiplin kelas dengan baik.
b. Faktor
Psikologis,
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses
disiplin kelas :
1. Minat
Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi
belajar. Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat
meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap
pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.
2. Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam
proses belajar. Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh
hasil yang lebih baik. Dan apabila peserta didik mempelajari sesuatu yang
kurang sesuai dengan bakatnya, tingkat kedisiplinannya juga rendah.
3. Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar
adalah untuk memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai
tujuan.
4. Konsentrasi
Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan
energi psikis yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar
terhadap suatu obyek (materi pelajaran).
5. Kemampuan kognitif
Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif,
afektif dan psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam
menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif lebih diutamakan.
c. Faktor
Perorangan
Yang dimaksudkan faktor perorangan adalah sikap
seseorang terhadap suatu peraturan. Walaupun sudah mengetahui tentang ketentuan
atau peraturan yang sudah ada masih juga dilanggar, atau bersikap acuh tak acuh
terhadap ketentuan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari murid-murid yang tidak
mau mengindahkan peraturan digariskan baik oleh guru/wali kelas maupun oleh
sekolah. Sebagai contoh misalnya hari Senin murid-murid diharuskan untuk ikut
apel bendera dan memakai pakaian seragam sekolah. Tetapi peraturan tersebut
masih juga dilanggar murid, walaupun ia sudah mengetahuinuya. Ia tidak ikut
apel dan bahkan tidak memakai pakaian seragam dengan disengaja.
B. Faktor eksternal
a. Faktor
Sosial
Yang dimaksudkan dengan faktor sosial di sini
adalah faktor manusia sebagai makhluk sosial yang berkaitan dengan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka manusia mempunyai
kecendrungan-kecendrungan sebagai berikut :
1. Manusia didalam kelompoknya selalu ingin
diikutsertakan.
2. Manusia didalam kelompoknya ingin diperhatikan.
3. Manusia didalam kelompoknya selalu ingin berhasil
dan dihargai kelompoknya.
4. Manusia didalam kelompoknya memerlukan penghargaan
dan perasaan diperlukan oleh orang
lain.
5. Manusia didalam kelompoknya memerlukan sesuatu yang
dapat membebaskan diri dari keterikatan
waktu dan ruang.
Murid-murid atau siswa-siswa sebagai manusia,
makhluk sosial tidak terlepas dari kecendrungan-kecendrungan tersebut. Oleh
karena itu seorang guru/wali kelas dalam usaha untuk menciptakan, memelihara
dan meningkatkan disiplin kelas harus memperhatikan hal-hal tersebut. Sebagai
contoh seorang guru/wali kelas dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut
kepentingan kelas, tanpa berunding dengan murid-murid, mengakibatkan
keputusan-keputusan tersebut tidak dilaksanakan atau dipatuhi oleh
murid-muridnya.
b. Faktor
Nonsosial
1. Lingkungan
fisik
Dalam hal ini lingkungan fisik berkaitan dengan
suasana kelas/sekolah, dan sarana prasarana yang ada. Lingkungan kelas yang
baik dapat membangkitkan semangat peserta didik maupun pengajar untuk
melaksanakan disiplin kelas dengan baik, namun sebaliknya apabila lingkungan
kelas maupun sekolah tidak baik dan tidak mendukung, maka persentase
pelaksanaan disiplin kelas juga akan sangat kecil. Kelas yang lingkungan
kerjanya sehat dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara
murid dengan murid, guru dengan murid dan guru dengan guru akan meningkatkan
disiplin belajar mengajar dikelas. Selain itu lingkungan fisik yang baik, juga
dapat meningkatkan disiplin kelas. Lingkungan fisik yang baik misalnya
fasilitas kelas yang teratur dan tersusun rapi serta cukup. Kekurangan
fasilitas untuk belajar dapat menimbulkan kemalasan yang pada akhirnya
mempengaruhi disiplin kelas. Sebagai contoh misalnya seorang guru diserahi
tugas untuk mengajar bidang studi biologi. Ternyata buku wajib untuk
mengajarkan ilmu tersebut tidak ada, sedangkan guru tersebut hanya diberikan
GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) untuk bidang studi tersebut. Akibatnya
guru tersebut selalu mencari bahan-bahan pelajaran tersebut sesuai dengan GBPP
dari buku-buku lain yang materinya dipandang relevan dengan GBPP tersebut.
Apabila guru tersebut kewalahan mencari bahan-bahan pelajaran tersebut, maka
sudah barang tentu dia tidak akan masuk mengajar karena materi yang akan
disampaikan tidak ada. Kalaupun guru tersebut mengajar, maka materi yang akan
disampaikan kepada anak menyimpang dari ketentuan yang sudah digariskan dalam GBPP
untuk bidang studi biologi tersebut.
F. Strategi Penanganan Disiplin Kelas
Analisis singkat terhadap sikap guru yang
meningkatkan kemungkinan mereka merespons dengan lebih tenang dan rasional.
Michael Bernard (1990) menulis secara terperinci tentang masalah-masalah
pemahaman bagaimana tingkatan stress terjadi dalam situasi tertentu, bergantung
pada pengaruh sikap guru.[4] Dalam praktiknya,
pelaksanaan disiplin kelas tidak jarang mengalami masalah. Sebagai misal,
adanya oknum yang melanggar disiplin kelas yang telah disepakati. Maka dari
itu, untuk mengatasi adanya gangguan tersebut, perlu adanya strategi penanganan
disiplin kelas. Strategi ini dikelompokkan menjadi tiga, sesuai dengan
berat-ringannya pelanggaran yang terjadi.
1. Penanganan Gangguan Ringan
Gangguan-gangguan ringan yang tidak mengganggu
kelas memang sering terjadi. Namun jika gangguan-gangguan kecil ini tidak
segera ditangani, maka akan menjadi gangguan besar. Sebagai contoh, seorang
siswi memperlihatkan sesuatu kepada teman sebangkunya, jika hal ini dibiarkan,
maka siswa yang lain akan penasaran dan ikut melihat sehingga kelas bisa
menjadi ramai. Winzer (1995) menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan
pendidik untuk mengatasi gangguan tersebut. Antara lain :
a. Mengabaikan
Ganggunguan kecil dan ringan yang dianggap tidak
akan mempengaruhi yang lain dapat diabaikan saja.
b. Menatap agak lama
Untuk mengatasi peserta didik yang melanggar bisa
ditangani dengan menatapnya agak lama.
c. Menggunakan
tanda nonverbal
Penanganan bagi peserta didik yang melanggar juga
dapat diatasi dengan memberikan tanda nonverbal, misalnya dengan mengangkat
tangan, atau meletakkan jari diatas bibir untuk menyuruh siswa yang gaduh diam.
d. Mendekati
Trik mendekati peserta didik yang melanggar juga
dapat digunakan dalam mengatasi adanya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta
didik. Saat pendidik mendekati peserta didik yang melanggar, dapat menimbulkan
perasaan bersalah bagi peserta didik, sihingga ia memiliki tanggung jawab atas
perbuatannya.
e. Memanggil nama
Memanggil nama siswa yang sedang melakukan
pelanggaran kecil akan dapat membantu memulihkan disiplin kelas asal dilakukan
secara bijaksana, dan usahakan untuk tidak membuat siswa sakit hati, ataupun
tersinggung.
f.
Mengabaikan
secara sengaja
Strategi ini biasanya digunakan untuk menangani
siswa yang mencari perhatian yang terlalu berlebihan. Misalnya siswa yang
berlagak pintar, dan berlagak menggurui,. Artinya, kita tidak perlu menegurnya,
tidak mendekati, maupun menatapnya. Hal ini dilakukan atas dasar asumsi bahwa
tingkah anak yang mencari perhatian berlebih akan menjadi-jadi jika kita
menanggapinya.
2. Penanganan Gangguan Berat
Gangguan berat merupakan pelanggaran yang dilakukan
oleh peserta didik yang dapat mempengaruhi siswa lain dan mengganggu jalannya proses
belajar. Sebagai contoh adalah adanya siswa yang berkelahi, membolos, ada yang
tidak mau mengerjakan tugasnya, sering terlambat, atau gangguan berat lainnya.
Maka Winzer (1995) mengemikakan beberapa strategi sebagai berikut :
a.
Memberikan
hukuman
Memberikan hukuman pada siswa yang melakukan
pelanggaran memang masih menjadi persoalan, karena pemberian hukuman dianggap
lebih banyak memberikan efek negative dibandingkan efek positifnya. Hal ini
didukung oleh pernyataan Kohn (1996) mengemukakan bahwa hukuman dapat
memperparah masalah, meerusak hubungan guru-siswa, dan menghambat proses
perkembangan etika. Winzer (1995) menyatakan bahwa dalam pemberian hukuman ada
hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Gunakan hukuman jika hal tersebut dianggap sangat
perlu.
2. Mulai dengan hukuman yang ringan, misalnya :
memberikan teguran yang halus sebelum memutuskan memberikan hukuman.
3. Hukuman harus diberikan secara adil dan sesuai
dengan tingkat pelanggaran.
4. Ketika memberikan hukuman, guru hendaknya
memberikan contoh apa yang semestinya dilakukan.
b.
Melibatkan
orang tua
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama
antara orang tua, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu, wajar jika seorang
guru melibatkan orang tua dalam mengangani masalah pelanggaran disiplin kelas.
Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secara teratur
kepada orang tua tentang perkembangan anaknya. Termasuk pelanggaran yang dibuat
maupun prestasi yang dicapai.
3. Penanganan Perilaku Agresif
Perilaku agresif merupakan perilaku menyerang yang
ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas. Misalnya ada siswa yang berteriak,
menyerang atau menyakiti siswa lain, atau bahkan menyerang guru. Kita tentu
mengharapkan hal-hal tersebut tidak terjadi di kelas kita.jika perilaku agresif
tersebut sampi muncul, kita harus segera mengatasinya, dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Mengubah tempat duduk.
Jika ada siswa yang berkelahi dengan teman
sebangkunya, maka perluadanya perpindahan (rolling) tempat duduk, agar tidak
terjadi perkelahian yang dapat mengganggu suasana belajar.
b. Jangan terjebak konfrontasi atau perselisihan yang
tidak perlu.
Kita harus menyadari, ketika di kelas V dan VI
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan siswa yang biasannya menunjukkan
sifat agresif. Untuk itu, kita tidak boleh menanganinnya dengan kasar, bahkan
kita tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar, karena jika kita menanganinya
dengan emosi, maka masalah justru akan bertambah parah.
c. Jangan
melayani siswa yang agresif dalam keadaan emosi.
Kita tidak boleh melayani siswa agresif dengan
keadaan emosi, karena dapat memperparah masalah.
d. Tidak mengucapkan perkataan kasar dan tidak
menghina.
Penggunaan kata-kata kasar yang menghina akan
menimbulkan perasaan dendam siswa terhadap gurunya. Di samping itu penggunaan
kata-kata yang kasar akan menurunkan martabat kita sebagai guru.
e. Konsultasi pada pihak lain yang lebuh
berpengalaman.
Jika guru
dihadapkan pada perilaku / pelanggaran yang membahayakan siswa lain maupun guru
sendiri, sebaiknya guru segera meminta bantuan kepada orang yang sudah ahli.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu
pekertjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan yang berlaku
dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Sedangkan The Liang
Gie memberikan pengertian disiplin sebagai berikut disiplin adalah suatu
keaadaan tertib dimna orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk
pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.
Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra
yang baik di masyarakat apanila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia
layak menjadi panutan atau teladan manyarakat sekelilingnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan
& Danim, Yunan, Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas 2011,
Bandung: CV PUSTAKA SETIA
Mudasir.2011. Manajemen Kelas. Pekanbaru: Zanafa Publishing
Mulyasa, E.2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT
Bumi Akasara
Wiyani, Novan Ardy.2013. Manajemen Kelas. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Fiana, Fani Julia dkk.2013. Disiplin Siswa Di sekolah dan
Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Ilmiah
Konseling. 2(23)
[1]
Mudasir, Manajemen Kelas 2011, Pekanbaru: Zanafa Publishing, h. 89.
[2]
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h.
159.
[3] E.
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter 2013, Jakarta: PT Bumi Akasara,
h. 26.
[4]
Sudarwan Danim & Yunan Danim, Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas
2011, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, h. 184.
[5] Fani
Julia Fiana dkk, Disiplin Siswa Di sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan
Bimbingan dan Konseling, Jurnal Ilmiah Konseling Vol. 2 No. 23, 2013
Post a Comment