Makalah Disiplin Kelas



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah.................................................................................. 1

1.3  Tujuan.................................................................................................... 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Disiplin Kelas..................................................................... 3

2.2  Pentingnya Penanaman Disiplin Kelas................................................ 4

2.3  Hak Kebutuhan Siswa dan Hubungan Penampilan Guru dan Disiplin 4

2.4  Strategi Penanaman Disiplin Kelas...................................................... 6

2.5  Faktor yang Mempengaruhi Strategi Penanaman Disiplin Kelas........ 8

2.6  Strategi Penanganan Disiplin Kelas…………………………………..11

BAB III

 PENUTUP

3.1    Kesimpulan......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan berkaitan langsung dengan hasil belajar siswa. Aspek yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu hasil belajar siswa adalah mutu proses belajar mengajar yang secara optimal berlangsung di dalam kelas. Untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif ada dua pokok yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan guru pada saat pengajaran berlangsung. Kegiatan tersebut adalah pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas. Salah satu hal yang perlu diperhatikan guru dalam pengelolaan kelas adalah masalah kedisiplinan siswa pada saat proses belajar mengajar. Guru mempunyai peranan penting dalam membina disiplin siswa. Pembinaan disiplin ini dimaksudkan untuk mengefektifkan proses pembelajaran, sehingga siswa bisa belajar dengan baik.
        Pembinaan disiplin kelas tidak lepas dari peran guru sebagai pemimpin pendidikan di kelas, sebagai salah satu faktor yang sangat menentukan, guru harus penuh inisiatif dan kreatif dalam mengelola kelas, karena guru yang mengetahui secara pasti situasi dan kondisi siswa dengan latar belakangnya dan guru merupakan suatu profesi yang berguna untuk hidup meskipun sesekali atau bahkan sering frekuensinya membuat stres ringan hingga stres berat.
         Berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan suasana yang harmonis dimana guru dapat menyampaikan bahan pelajaran dengan baik dan murid dapat belajar atau mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru dengan baik pula tergantung sekali kepada disiplin kelas. Kelas yang tidak berdisiplin sudah tentu kegiatan belajar mengajarnya pun akan menjadi kacau dan tidak menentu pula. Dengan demikian penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang Disiplin Kelas.

B.       Rumusan Masalah

a.       Apa pengertian dari Disiplin Kelas?

b.      Seberapa pentingkah penanaman disiplin kelas?

c.       Apa saja hak kebutuhan siswa? Dan Apa hubungan tampilan guru dengan disiplin?

d.      Bagaimana strategi penanaman disiplin kelas?

e.       Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi strategi penanaman disiplin kelas?

f.        Bagaimana strategi penanganan disiplin kelas?

C.      Tujuan

a.       Untuk mengetahui apa itu disiplin kelas

b.      Untuk mengetahui pentingnya penanaman disiplin kelas

c.       Untuk mengetahui hak kebutuhan siswa dan mengetahui hubungan tampilan guru dan disiplin

d.      Untuk mengetahui strategi penanaman disiplin kelas

e.       Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi strategi penanaman disiplin kelas

f.        Untuk mengetahui strategi penanganan disiplin kelas

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Disiplin Kelas

Perkataan disiplin berasal dari bahasa Yunani “Disciplus” yang artinya murid atau pengikut seseorang guru. Seorang murid atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada otoritas gurunya.  Karena itu disiplin berarti kesediaan untuk mematuhi ketertiban agar murid dapat belajar. Adapun menurut kamus umum Bahasa Indonesia, W.J.S Poerwadarminta, istilah disiplin mengandung pengertian sebagai berikut: Latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu mentaati tata tertib di sekolah. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapatlah penulis katakana bahwa disiplin adalah rasa tanggung jawab dari pihak murid berdasarkan kematangan rasa sosial untuk mematuhi segala aturan dan tata tertib di sekolah sehingga dpat belajar dengan baik. Dan juga disiplin bukan hanya suatu aspek tingkah laku siswa didalam kelas/sekolah saja, melainkan juga di dalam kehidupannya di masyarakat sehari-hari.[1]

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, disiplin diartikan dengan tata tertib dan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan atau tata tertib.[2] Menurut The Liang Gie yang dimaksud dengan disiplin adalah suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergantung dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati. Hadari Nawawi mengatakan disiplin adalah usaha untuk membina secara terus menerus kesadaran dalam bekerja atau belajar dengan baik dalam arti setiap orang menjalankan fungsinya secara efektif. Dengan demikian suatu kelas dikatakan berdisiplin apabila suasana belajar berlangsung dalam keadaan tertib dan teratur, baik pada waktu sebelum pelajaran dimulai, sedang berlangsung, maupun setelah pelajaran selesai.

Disiplin diri peserta didik bertujuan untuk membantu menemukan diri, mengatasi, dan mencegah timbulnya problem-problem disiplin, serta berusaha menciptakan suasana yang aman, nyaman dan menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka menaati segala peraturan yang ditetapkan.[3]

B.       Pentingnya Penanaman Disiplin Kelas

Suasana belajar yang kondusif sangat penting dalam proses pembelajaran siswa-siswa dikelas. Sadar atau tidak, suasana belajar yang kondusif dapat menyumbangkan hasil belajat yang lebih berkualitas . Suasana belajar yang kondusif adalah suasana belajar yang disiplin, namun tidak monoton dank eras. Dengan kata lain serius tapi santai.

Dalam penanaman disiplin kelas, manfaat yang diperoleh tidak hanya hasil belajar yang berkualitas, namun penanaman disiplin kelas juga bertujuan untuk membentuk peserta didik yang berkepribadian santun dan berkarakter, yang mampu menghargai dan memanfaatkan waktu dengan baik., taat pada peraturan serta dapat mempertanggung jawabkan segala tindakannya. Dalam pelaksaan disiplin kelas, harus berdasarkan dalam diri siswa. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka apa pun usaha yang dilakukan oleh orang disekitarnya hanya akan sia-sia. Contoh pelaksanaan disiplin kelas:

1.      Datang kesekolah tepat waktu

2.      Rajin belajar

3.      Menaati peraturan sekolah

4.      Mengikuti upacraa dengan tertib

5.      Melaksanakan dan mengumpulkan tugas dengan baik dan tepat waktu.

C.      Hak Kebutuhan Siswa dan Hubungan Tampilan Guru dengan Disiplin

Banyak guru kurang menyadari bahwa siswa memiliki hak-hak tertentu di dalam lingkungan sekolah. Hak-hak tersebut semuanya diatur dan diperkuat oleh peraturan dan kelaziman atau tradisi yang dipelihara oleh lingkungan sekolah dan masyarakat. Beberapa hak siswa yang penting dan yang perlu dijamin adalah:

1.            Hak menyelesaikan pendidikan sebaik-baiknya.

2.             Hak persamaan kedudukan atau kebebasan dan diskriminasi dalam kelompok.

3.            Hak berekspresi secara pribadi.

4.            Hak keleluasaan pribadi.

5.            Hak menyelesaikan (studi) secara cepat.

Hak-hak itu semua adalah hak-hak umum yang dimiliki para siswa. Dalam kaitan ini guru harus berusaha menerapkan dalam praktik-praktik disiplin baik pada kebijakan sekolah maupun peraturan atau hukum.

Kebutuhan para siswa adalah faktor yang relevan dalam menentukan banyak sistem disiplin kelas atau sekolah. Satu contoh adalah hak dan kebutuhan tertentu dari siswa cacat dan siswa yang perlu mendapat perhatian khusus, misalnya, anak cacat tidak dapat dikeluarkan dari sekolah kecuali jika Dewan Pertimbangan Kualifikasi Profesional menentukan lain. Penentuan itu seperti bahwa penanganan terhadap mereka jika diteruskan disekolah tersebut akan merugikan kedua belah pihak.

Berkaitan dengan sejumlah besar kebutuhan para siswa, guru perlu mempertimbangkan dalam menentukan program disiplin kelas yang relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan, tingkat kemampuan umum para siswa, dan latar belakang sosio-ekonomi para siswa. Dalam hal khusus guru-guru memerlukan pertimbangan tentang hubugan program disiplin yang dibuat dengan motivasi individu para siswa. Dalam menegakkan seperangkat ketentuan disiplin sekolah, guru perlu mengkomunikasikan bagaimana para siswa seharusnya bertingkah laku dan apa yang akan terjadi bila siswa berkelakuan lain. Beberapa problema yang akan mengganggu disiplin siswa dapat diperkirakan sejak dini. Contoh dari problema itu adalah siswa melawan. Terhadap hal tersebut, apakah guru membiarkan prilaku siswa yang keluar dari ketentuan yang diharapkan. Tentu saja tidak, oleh karena itu kalau terjadi hal seperti itu tindakann preventif segera dapat diterapkan.

Dan apakah hubungan penampilan guru dan disiplin? Keberadaan guru dikelas tidak hanya bertugas menyampaikan kurikulum atau materi yang direncanakan kepada para siswa, tetapi kondisi personal disiplin para guru itu sendiri dikelas perlu ditampilkan. Materi dan disiplin harus dikaitkan kepada pemahaman umum dari apa yang diharapkan para siswa. Program yang cukup efektif dalam memberi pemahaman disiplin misalnya dapat dilaksanakan sekolah dengan cara melibatkan para siswa untuk mendiskusikan topik-topik yang menjadi kepedulian sekolah.

Faktor disiplin penting lain dapat berkembang pada sejumlah guru ditingkat sekolah dasar dan menengah yang mengajar secara tim. Walaupun guru tersebut tidak secara riil mengajar bersama dan menyampaikan kepada para siswa dalam bahasan yang sama pada ruang atau waktu saat para guru mengajar. Karena pra siswa diajar oleh masing-masing guru dalam kelompok tim, maka komponen penting dari disiplin harus dirumuskan. Karena kalau tidak dirumuskan akan terjadi ketidak konsistenan antara siswa satu dengan yang lainnya dalam menangkap makna materi. Misalnya, seorang guru membiarkan seorang siswa menyontek sementara yang lain tidak diijinkan. Perlakuan diskriminatif ini akan menimbulkan ketidak konsistenan diantara mereka. Lebih lanjut harus ada respon yang saling menguntungkan diantara para profesional sekolah mengenai pelaksanaan pemeliharaan disiplin dikelas.

Guru baru harus memandang mereka sendiri sebagai bagian kelompok atau tim yang bertanggung jawab menyampaikan perencanaan pendeidikan tentang disiplin. Mereka hendaknya tidak sebagai seorang ahli yang berpraktik dalam kelas yang terisolasi, melainkan perlu kerterpaduan antara teori dan prakek.

D.      Strategi Penanaman Disiplin Kelas

Dalam penerapannya, disiplin kelas tidak dapat begitu saja diberikan kepada peserta didik. Dalam hal ini dibutuhkan sosialisasi yang baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk itu, dalam penanaman disiplin kelas memerlukan strategi yang jitu, yakni dengan menggunakan pendekatan yang baik terhadap peserta didik. Strategi yang dapat digunakan dalam penanaman disiplin kelas tersebut antara lain :

1. Dengan model contoh yang diberikan oleh guru kepada peserta didik. Dalam hal ini guru memberikan contoh tentang cara bersikap, bertutur, dan berperilaku yang baik yang sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku.

2. Penerapan peraturan tata tertib yang fleksibel, yang nyaman dan tidak membuat peserta didik merasa tertekan selama proses belajar.

3. Menyesuaikan peraturan dengan psikologi dan perkembangan anak. Hal ini bertujuan supaya anak tidak merasa tertekan dan perkembangannya tidak terganggu karena tekanan terhadap psikologinya.

4. Melibatkan peserta didik dalam pembuatan aturan atau tata tertib, supaya siswa merasa memiliki tanggung jawab terhadap peraturan yang dibuatnya sendiri, meski pada kenyataannya peraturan tersebut dibuat dan disepakati bersama.

5. Menjalin hubungan sosial yang baik dengan peserta didik agar tercipta suasana kekeluargaan yang nyaman.

6. Mengajarkan untuk hidup menurut prinsip struktur otoritas. Hal ini berkaitan dengan prinsip dalam bertindak yang sesuai dengan aturan Tuhan YME.

7. Memperlakukan orangtua peserta didik sebagai mitra kerja. Seorang pendidik sudah seharusnya bekerjasama dengan orangtua peserta didik dalam penanaman sikap disiplin. Karena bagaimana pun keluarga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam proses belajar anak.

8. Mengatur dan menciptakan suasana kelas dengan baik. Kelas yang teratur dapat menjadi wadah peserta didik dalam “mengikuti arus” saat proses belajar dijalankan. Hal ini berkaitan dengan pemeliharaan lingkungan fisik sekolah, misalnya : penataan ruang kelas, pangaturan tempat duduk, dan persiapan mengajar.

9. Pemberian reward (penghargaan) kepada siswa yang berperikalu baik. Hal ini dapat memacu siswa untuk menaati kedisiplinan.

E.  Faktor yang Mempengaruhi Strategi Penanaman Disiplin Kelas

Dalam proses penanaman disiplin kelas tentu tida terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi strategi penanaman disiplin kelas itu sendiri. Faktor yang mempengaruhi tersebut tentu faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Untuk lebih jelasnya mari kita lihat keterangan berikut:

A.    Faktor internal

a. Faktor fisiologis,

yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain, pendengaran, penglihatan, kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang di derita. Faktor fisiologis ikut berperan dalam menentukan disiplin belajar siswa. Siswa yang memiliki keadaan fisiologis yang sehat cenderung dapat melaksanakan disiplin kelas dengan baik.

b. Faktor Psikologis,

Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses disiplin kelas :

1.      Minat

Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prsetasi belajar. Seseorang yang tinggi minatnya dalam mempelajari sesuatu akan dapat meraih hasil yang tinggi pula. Apabila siswa memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran akan cenderung disiplin dalam belajar.

2.      Bakat

Bakat merupakan faktor yang besar peranannya dalam proses belajar. Mempelajari sesuatu sesuai dengan bakatnya akan memperoleh hasil yang lebih baik. Dan apabila peserta didik mempelajari sesuatu yang kurang sesuai dengan bakatnya, tingkat kedisiplinannya juga rendah.

3.      Motivasi

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Fungsi motivasi dalam belajar adalah untuk memberikan semangat pada seseorang daam belajar untuk mencapai tujuan.

4.      Konsentrasi

Konsentrasi dapat diartikan sebagai suatu pemusatan energi psikis yang dilakukan untuk suatu kegiatan tertentu secara sadar terhadap suatu obyek (materi pelajaran).

5.      Kemampuan kognitif

Tujuan belajar mencakup tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Namun kemampuan kognitif lebih diutamakan, sehingga dalam menacapai hasil belajar faktor kemampuan kognitif lebih diutamakan.

c. Faktor Perorangan

Yang dimaksudkan faktor perorangan adalah sikap seseorang terhadap suatu peraturan. Walaupun sudah mengetahui tentang ketentuan atau peraturan yang sudah ada masih juga dilanggar, atau bersikap acuh tak acuh terhadap ketentuan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari murid-murid yang tidak mau mengindahkan peraturan digariskan baik oleh guru/wali kelas maupun oleh sekolah. Sebagai contoh misalnya hari Senin murid-murid diharuskan untuk ikut apel bendera dan memakai pakaian seragam sekolah. Tetapi peraturan tersebut masih juga dilanggar murid, walaupun ia sudah mengetahuinuya. Ia tidak ikut apel dan bahkan tidak memakai pakaian seragam dengan disengaja.

B.     Faktor eksternal

a. Faktor Sosial

Yang dimaksudkan dengan faktor sosial di sini adalah faktor manusia sebagai makhluk sosial yang berkaitan dengan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sebagai makhluk sosial maka manusia mempunyai kecendrungan-kecendrungan sebagai berikut :

1.      Manusia didalam kelompoknya selalu ingin diikutsertakan.

2.      Manusia didalam kelompoknya ingin diperhatikan.

3.      Manusia didalam kelompoknya selalu ingin berhasil dan dihargai kelompoknya.

4.      Manusia didalam kelompoknya memerlukan penghargaan dan perasaan diperlukan    oleh orang lain.

5.      Manusia didalam kelompoknya memerlukan sesuatu yang dapat  membebaskan diri dari keterikatan waktu dan ruang.

Murid-murid atau siswa-siswa sebagai manusia, makhluk sosial tidak terlepas dari kecendrungan-kecendrungan tersebut. Oleh karena itu seorang guru/wali kelas dalam usaha untuk menciptakan, memelihara dan meningkatkan disiplin kelas harus memperhatikan hal-hal tersebut. Sebagai contoh seorang guru/wali kelas dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut kepentingan kelas, tanpa berunding dengan murid-murid, mengakibatkan keputusan-keputusan tersebut tidak dilaksanakan atau dipatuhi oleh murid-muridnya.

b. Faktor Nonsosial

1.   Lingkungan fisik

Dalam hal ini lingkungan fisik berkaitan dengan suasana kelas/sekolah, dan sarana prasarana yang ada. Lingkungan kelas yang baik dapat membangkitkan semangat peserta didik maupun pengajar untuk melaksanakan disiplin kelas dengan baik, namun sebaliknya apabila lingkungan kelas maupun sekolah tidak baik dan tidak mendukung, maka persentase pelaksanaan disiplin kelas juga akan sangat kecil. Kelas yang lingkungan kerjanya sehat dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara murid dengan murid, guru dengan murid dan guru dengan guru akan meningkatkan disiplin belajar mengajar dikelas. Selain itu lingkungan fisik yang baik, juga dapat meningkatkan disiplin kelas. Lingkungan fisik yang baik misalnya fasilitas kelas yang teratur dan tersusun rapi serta cukup. Kekurangan fasilitas untuk belajar dapat menimbulkan kemalasan yang pada akhirnya mempengaruhi disiplin kelas. Sebagai contoh misalnya seorang guru diserahi tugas untuk mengajar bidang studi biologi. Ternyata buku wajib untuk mengajarkan ilmu tersebut tidak ada, sedangkan guru tersebut hanya diberikan GBPP (Garis Besar Program Pengajaran) untuk bidang studi tersebut. Akibatnya guru tersebut selalu mencari bahan-bahan pelajaran tersebut sesuai dengan GBPP dari buku-buku lain yang materinya dipandang relevan dengan GBPP tersebut. Apabila guru tersebut kewalahan mencari bahan-bahan pelajaran tersebut, maka sudah barang tentu dia tidak akan masuk mengajar karena materi yang akan disampaikan tidak ada. Kalaupun guru tersebut mengajar, maka materi yang akan disampaikan kepada anak menyimpang dari ketentuan yang sudah digariskan dalam GBPP untuk bidang studi biologi tersebut.

F.   Strategi Penanganan Disiplin Kelas

Analisis singkat terhadap sikap guru yang meningkatkan kemungkinan mereka merespons dengan lebih tenang dan rasional. Michael Bernard (1990) menulis secara terperinci tentang masalah-masalah pemahaman bagaimana tingkatan stress terjadi dalam situasi tertentu, bergantung pada pengaruh sikap guru.[4] Dalam praktiknya, pelaksanaan disiplin kelas tidak jarang mengalami masalah. Sebagai misal, adanya oknum yang melanggar disiplin kelas yang telah disepakati. Maka dari itu, untuk mengatasi adanya gangguan tersebut, perlu adanya strategi penanganan disiplin kelas. Strategi ini dikelompokkan menjadi tiga, sesuai dengan berat-ringannya pelanggaran yang terjadi.

1.      Penanganan Gangguan Ringan

Gangguan-gangguan ringan yang tidak mengganggu kelas memang sering terjadi. Namun jika gangguan-gangguan kecil ini tidak segera ditangani, maka akan menjadi gangguan besar. Sebagai contoh, seorang siswi memperlihatkan sesuatu kepada teman sebangkunya, jika hal ini dibiarkan, maka siswa yang lain akan penasaran dan ikut melihat sehingga kelas bisa menjadi ramai. Winzer (1995) menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan pendidik untuk mengatasi gangguan tersebut. Antara lain :

a.       Mengabaikan

Ganggunguan kecil dan ringan yang dianggap tidak akan mempengaruhi yang lain dapat diabaikan saja.

b.      Menatap agak lama

Untuk mengatasi peserta didik yang melanggar bisa ditangani dengan menatapnya agak lama.

c.        Menggunakan tanda nonverbal

Penanganan bagi peserta didik yang melanggar juga dapat diatasi dengan memberikan tanda nonverbal, misalnya dengan mengangkat tangan, atau meletakkan jari diatas bibir untuk menyuruh siswa yang gaduh diam.

d.      Mendekati

Trik mendekati peserta didik yang melanggar juga dapat digunakan dalam mengatasi adanya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Saat pendidik mendekati peserta didik yang melanggar, dapat menimbulkan perasaan bersalah bagi peserta didik, sihingga ia memiliki tanggung jawab atas perbuatannya.

e.       Memanggil nama

Memanggil nama siswa yang sedang melakukan pelanggaran kecil akan dapat membantu memulihkan disiplin kelas asal dilakukan secara bijaksana, dan usahakan untuk tidak membuat siswa sakit hati, ataupun tersinggung.

f.        Mengabaikan secara sengaja

Strategi ini biasanya digunakan untuk menangani siswa yang mencari perhatian yang terlalu berlebihan. Misalnya siswa yang berlagak pintar, dan berlagak menggurui,. Artinya, kita tidak perlu menegurnya, tidak mendekati, maupun menatapnya. Hal ini dilakukan atas dasar asumsi bahwa tingkah anak yang mencari perhatian berlebih akan menjadi-jadi jika kita menanggapinya.

2.      Penanganan Gangguan Berat

Gangguan berat merupakan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik yang dapat mempengaruhi siswa lain dan mengganggu jalannya proses belajar. Sebagai contoh adalah adanya siswa yang berkelahi, membolos, ada yang tidak mau mengerjakan tugasnya, sering terlambat, atau gangguan berat lainnya. Maka Winzer (1995) mengemikakan beberapa strategi sebagai berikut :

a.         Memberikan hukuman

Memberikan hukuman pada siswa yang melakukan pelanggaran memang masih menjadi persoalan, karena pemberian hukuman dianggap lebih banyak memberikan efek negative dibandingkan efek positifnya. Hal ini didukung oleh pernyataan Kohn (1996) mengemukakan bahwa hukuman dapat memperparah masalah, meerusak hubungan guru-siswa, dan menghambat proses perkembangan etika. Winzer (1995) menyatakan bahwa dalam pemberian hukuman ada hal-hal yang harus diperhatikan :

1.      Gunakan hukuman jika hal tersebut dianggap sangat perlu.

2.      Mulai dengan hukuman yang ringan, misalnya : memberikan teguran yang halus sebelum memutuskan memberikan hukuman.

3.      Hukuman harus diberikan secara adil dan sesuai dengan tingkat pelanggaran.

4.      Ketika memberikan hukuman, guru hendaknya memberikan contoh apa yang semestinya dilakukan.

b.        Melibatkan orang tua

Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu, wajar jika seorang guru melibatkan orang tua dalam mengangani masalah pelanggaran disiplin kelas. Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secara teratur kepada orang tua tentang perkembangan anaknya. Termasuk pelanggaran yang dibuat maupun prestasi yang dicapai.

3.      Penanganan Perilaku Agresif

Perilaku agresif merupakan perilaku menyerang yang ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas. Misalnya ada siswa yang berteriak, menyerang atau menyakiti siswa lain, atau bahkan menyerang guru. Kita tentu mengharapkan hal-hal tersebut tidak terjadi di kelas kita.jika perilaku agresif tersebut sampi muncul, kita harus segera mengatasinya, dengan cara-cara sebagai berikut :

a.       Mengubah tempat duduk.

Jika ada siswa yang berkelahi dengan teman sebangkunya, maka perluadanya perpindahan (rolling) tempat duduk, agar tidak terjadi perkelahian yang dapat mengganggu suasana belajar.

b.      Jangan terjebak konfrontasi atau perselisihan yang tidak perlu.

Kita harus menyadari, ketika di kelas V dan VI merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan siswa yang biasannya menunjukkan sifat agresif. Untuk itu, kita tidak boleh menanganinnya dengan kasar, bahkan kita tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar, karena jika kita menanganinya dengan emosi, maka masalah justru akan bertambah parah.

c.        Jangan melayani siswa yang agresif dalam keadaan emosi.

Kita tidak boleh melayani siswa agresif dengan keadaan emosi, karena dapat memperparah masalah.

d.      Tidak mengucapkan perkataan kasar dan tidak menghina.

Penggunaan kata-kata kasar yang menghina akan menimbulkan perasaan dendam siswa terhadap gurunya. Di samping itu penggunaan kata-kata yang kasar akan menurunkan martabat kita sebagai guru.

e.       Konsultasi pada pihak lain yang lebuh berpengalaman.

Jika guru dihadapkan pada perilaku / pelanggaran yang membahayakan siswa lain maupun guru sendiri, sebaiknya guru segera meminta bantuan kepada orang yang sudah ahli.[5]

 

BAB III

PENUTUP

A.      Kesimpulan

Disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekertjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Sedangkan The Liang Gie memberikan pengertian disiplin sebagai berikut disiplin adalah suatu keaadaan tertib dimna orang-orang yang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang.

Guru sebagai pendidik professional mempunyai citra yang baik di masyarakat apanila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan manyarakat sekelilingnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan & Danim, Yunan, Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas 2011, Bandung: CV PUSTAKA SETIA

 

Mudasir.2011. Manajemen Kelas. Pekanbaru: Zanafa Publishing

 

Mulyasa, E.2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Akasara

Wiyani, Novan Ardy.2013. Manajemen Kelas. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Fiana, Fani Julia dkk.2013. Disiplin Siswa Di sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jurnal Ilmiah Konseling. 2(23)



[1] Mudasir, Manajemen Kelas 2011, Pekanbaru: Zanafa Publishing, h. 89.

[2] Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas 2013, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, h. 159.

[3] E. Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter 2013, Jakarta: PT Bumi Akasara, h. 26.

[4] Sudarwan Danim & Yunan Danim, Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas 2011, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, h. 184.

[5] Fani Julia Fiana dkk, Disiplin Siswa Di sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Jurnal Ilmiah Konseling Vol. 2 No. 23, 2013


Post a Comment

Previous Post Next Post

Terkini