BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah yang
sering dihadapi baik guru pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas atau manajemen kelas. Perlu kita
sadari pula bahwa bekerja dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kaitannya
dengan kegiatan pengelolaan kelas, tidak bisa bertindak seperti seorang juru
masak dengan buku resep masakannya. Suatu masalah yang timbul mungkin dapat
berhasil diatasi dengan cara tertentu pada saat tertentu. Akan tetapi cara
tersebut mungkin tidak dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah yang sama,
pada waktu yang berbeda, terhadap seseorang atau sekelompok peserta didik yang
lain. Oleh karena itu, keterampilan guru untuk dapat membaca situasi kelas
sangat penting agar yang dilakukan tepat dan berguna. Berhasil atau
tidaknya suatu proses dalam pembelejaran, tergantung bagaimana seorang pendidik
memenejemen yang diterapkannya, manajemen kelas adalah suatu gambaran miniatur
manajemen yang ada di dalam sekolah.
Guru
merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting karena
keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh guru dalam melaksanakan
tugasnya sebagai penyampai materi kepada siswa. Pembelajaran akan berhasil jika
interaksi pembelajaran guru terhadap siswa lancar. Ketidaklancaran pembelajaran akan membawa
akibat terhadap pesan yang diberikan guru. Ada kalanya pesan tersebut berhasil disampaikan dan terkadang mengalami
hambatan. Guru hendaknya dapat mengelola kondisi kelas secara baik untuk
mengatasi hambatan-hambatan yang terjadi selama proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang terjadi dalam kelas perl u dipertimbangkan, direncanakan dan dikelola dengan baik dalam usaha
meningkatkan keberhasi lan proses
belajar mengajar. Dalam hal mempertimbangkan
dan merencanakan hal tersebut hendaklah guru memahami mengenai Faktor-faktor
yang mempengaruhi Manajemen kelas itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam manajemen kelas ?
C.
Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam manajemen kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Manajemen Kelas.
Secara terminologi, manajemen kelas berasal dari dua kata, yaitu :
manajemen dan kelas, yang berarti pengaturan ruang kelas. Sementara itu menurut
istilah, Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan manajemen Kelas sebagai suatu
upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung
proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.
Selain itu, menurut Jamil Suprihatiningrum, Manajemen
Kelas adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk mewujudkan atmosfer
pembelajaran yang optimal.[1]
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Manajemen Kelas
Kelas dapat dipandang dari dua sudut yaitu dalam arti sempit
(tradisional ) dimana kelas dilihat sebatas ruangan tempat sejumlah murid
belajar. Sedangkan dalam arti luas (modern) yaitu suatu masyarakat kecil dari
sekolah yang terorganisir menjadi unit kerja sistem belajar mengajar dengan
orientasi pencapaian tujuan.
Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi
menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.[2]
Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan
perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan
siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan secara individual
ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan
psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan
belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya.
Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak
jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih
mudah terjadi konflik.
Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih
kecil terjadi konflik. Sehubungan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa, adapula faktor yang mempengaruhi dalam manajemen
suatu kelas. Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi fisik kelas dan
pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik (sosio- emosional) yang
melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang baik, dan beberapa
faktor yang mempengaruhi antara lain :
1.Kurikulum
Kurikulum kaitannya dengan pengelolaan kelas seperti pengertian
diatas haruslah di rancang sebagai jumlah pengalaman edukatif yang menjadi
tanggung jawab sekolah dalam membantu anak-anak mencapai tujuan pendidikannya,
yang diselenggarakan secara berencana dan terarah serta terorganisir, karena
kegiatan kelas bukan sekedar dipusatkan pada penyampaian sejumlah materi
pelajaran atau pengetahuan yang bersifat intelektualistik, akan tetapi juga
memperhatikan aspek pembentukan pribadi, baik sebagai makhluk individual dan
makhluk sosial maupun sebagai makhluk yang bermoral. Pada
sekolah dasar dirancangkan untuk untuk memungkinkan diselenggarakannya kegiatan
kelas dalam memenuhi kebutuhan melakukan eksplorasi dan
eksperimentasi guna memberikan pengalaman intelektual dan sosial yang terpadu
dalam rangka realisasi diri. Oleh karena itu disamping aspek materi pengetahuan
diperlukan program kelas untuk memenuhi perbedaan minat bakat dan kemampuan
murid.
Program tersebut dapat dilakukan melalui aspek-aspek kependidikan
dibidang kesenian termasuk kesejahteraan keluarga, teknik, olahraga, kepramukaan
dan kesehatan pada kelas-kelas terakhir sekolah menengah tingkat atas
programnya harus dirancangkan untuk membantu anak-anak mewujudkan diri dalam
memasuki masyarakat sebagai orang dewasa. Program itu antara lain harus
diarahkan untuk memberikan keterampilan tertentu guna memasuki lapangan kerja
tingkat menengah atas disamping program untuk mempersiapkan para remaja agar
menjadi warga Negara yang memahami dan mampu menjalankan hak dan kewajibannya.
2.Komponen-komponen Belajar
Ada 5 komponen dalam belajar, dibawah ini akan diuraikan satu
persatu:
·
Tujuan
Tujuan adalah target hasil yang ingin dicapai. Seseorang atau
sebuah lembaga atau pun juga suatu organisasi yang mempunyai perencanaan
kedepan pasti mempunyai sebuah target atau tujuan yang akan di capai. Karena
adanya rencana diakibatkan karena adanya tujuan yang ingin dicapai. Begitupun
dengan pembelajaran disekolah mempunyai tujuan tersendiri. Tujuan dalam belajar
bersifat normatif, artinya tujuan belajar berpusat pada perubahan perilaku siswa
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
·
Materi
Materi ialah bahan yang akan diajarkan atau disampaikan kepada
audien. Materi pelajaran yang diterima siswa harus mampu merespon dan
mengantisipasi setiap perkembangan yang akan terjadi dimasa depan. Artinya
materi yang diajarkan bisa bermanfaat bagi kelangsungan siswa dimasa depan.
Nana Sudjana (2000) menjelaskan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menetapkan materi pelajaran, diantaranya :
a. Materi pelajaran harus sesuai dan
menunjang tercapainya tujuan
b. Materi pelajaran yang ditulis dalam
perencanaan hanya secara garis besarnya saja
c. Menetapkan materi harus sesuai
dengan urutan tujuan
d. Urutan materi hendaknya
memperhatikan kesinambungan
e. Materi disusun dari yang sederhana
menuju yang kompleks
f. Sifat materi pelajaran ada yang
faktual ada yang konseptual
·
Strategi
Strategi bisa diartikan sebagai cara, siasat atau metode yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan. Metode dalam pengajaran hendaklah bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran
tidak monoton dan menjenuhkan.Tujuan dan materi yang baik belum tentu
memberikan hasil yang baik tanpa memilih dan menggunakan metode yang sesuai
dengan tujuan dan materi pelajaran.
·
Media
Media adalah apa-apa yang digunakan atau fasilitas lainnya yang
mendukung dalam mencapai tujuan. Dwyer (1967) mengatakan :”belajar yang
sempurna hanya dapat tercapai jika menggunakan bahan-bahan audio-visual yang
mendekati realitas.
·
Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengoreksi, mengumpulkan informasi
mengenai hasil kegiatan belajar yang telah dilaksanakan guna mengetahui sampai
sejauh mana tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah (Kondisi Fisik)
Perencanaan dalam membangun sebuah gedung untuk sebuah sekolah
berkenaan dengan jumlah dan luas setiap ruangan, letak dan dekorasinya yang
harus disesuaikan dengan kurikulum yang dipergunakan. Akan tetapi karena
kurikulum selalu dapat berubah. Sedang ruangan atau gedung bersifat permanen,
maka diperlukan kreativitas dalam mengatur pendayagunaan ruang / gedung yang
bersedia berdasarkan kurikulum yang dipergunakan. Dalam
konteks ini kepandaian guru dalam pengelolaan kelas sangat dibutuhkan.
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat
minimal mendukung meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai
pengaruh positif terhadap pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang
dimaksud meliputi:
a. Ruangan tempat berlangsungnya proses
belajar mengajar
b. Pengaturan tempat duduk
c. Ventilasi dan pengaturan cahaya
d. Pengaturan penyimpanan barang-barang
4.Guru
Hadari Nawawi menyatakan guru adalah orang yang bekerja dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang bertanggung jawab dalam membantu anak
dalam mencapai kedewasaan masing-masing. Guru dalam pengertian tersebut bukan
sekedar berdiri didepan kelas untuk menyampaikan materi atau pengetahuan
tertentu, akan tetapi dalam keanggotaan masyarakat yang harus aktif dan berjiwa
bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi
anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Guru juga harus bisa juga menciptakan
suasana dalam kelas agar terjadi interaksi belajar mengajar yang dapat
memotivasi sesuai untuk belajar dengan baik dan sungguh-sungguh.
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.
Kondisi sosio-emosional itu meliputi:
• Sikap guru
Sikap dari seorang guru adalah salah satu faktor yang menentukan
bagi perkembangan jiwa anak didik selanjutnya. Karena siikap seorang guru tidak
hanya dilihat dalam waktu mengajar saja, tetapi juga dilihat tingkah lakunya
dalam kehidupan sehari-sehari oleh anak didiknya. Mengingat pada saat ini
banyak sikap dari seorang guru tidak lagi mencerminkan sikapnya sebagai seorang
pendidik karena adanya berbagai faktor yang mestinya tidak terjadi dalam dunia
pendidikan. karenanya masalah sikap guru dalam mengajar perlu mendapat
perhatian kita semua.
• Kepemimpinan Guru/Wali Kelas
Menurut Moekijat, yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah
kemampuan untuk menggerakkan orang-orang agar mengikutinya. Sondang S.P.
Siagian memberikan definisi tentang kepemimpinan tersebut adalah seni kemampuan
mempengaruhi prilaku manusia dan kemampuan mengendalikan orang-orang dalam
organisasi agar prilaku mereka sesuai dengan prilaku yang diinginkan pemimpin
organisasi. Selanjutnya Drs. Sarwoto mengatakan sukses tidaknya seorang
pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinan tidak ditentukan oleh tingkat
keterampilan tehnis (Tehnical Skill) yang dimilikinya akan tetapi lebih banyak
ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik
(Managerial Skil). Berkenaan guru/wali kelas dalam
usahanya untuk mengelola kelas, maka kepemimpinan kelas tersebut dapat
diartikan sebagai kemampuan guru/wali kelas dalam mempengaruhi atau
mengendalikan kelas agar tercipta suasana kelas yang tertib kreatif dan
produktif bagi berlangsungnya proses belajar mengajar di dalam kelas.
Dalam usaha untuk mengendalikan kelas tersebut maka bermacam-macam
cara dapat dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut. ada yang dengan cara keras.
Murid yang tidak mematuhi kehendak guru/wali kelas diberi hukuman atau sanksi.
Segala sesuatunya ditentukan oleh guru/wali kelas. Murid-murid melaksanakannya
tanpa membantah.Adayang dengan cara lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada
kemauan atau kehendak murid dan ada pula dengan cara demokratis artinya segala
sesuatu yang menyangkut kelas sebelum diputuskan dirundingkan terlebih dahulu
dengan murid dan keputusan adalah kesepakatan bersama antara guru dan murid.
Cara-cara yang dilakukan tersebut menggambarkan tentang tipe-tipe
kepemimpinan yang dilakukan oleh guru/wali kelas tersebut.
a. Kepemimpinan
Guru/Wali Kelas yang bertipe Otoriter.
Guru/wali kelas yang kepemimpinannya bertipe otoriter ini di dalam
melaksanakan kepemimpinannya bersikap keras. Segala sesuatunya ditentukan oleg
guru/wali kelas tanpa berkompromi dengan murid. Murid-murid harus mematuhi
segala sesuatu yang ditetapkan oleh guru/ wali kelas. Apabila murid-murid tidak
melaksanakan ketentuan yang telah digariskan oleh guru/wali kelas maka akan
diberikan sanksi berupa hukuman. Kepatuhan murid bukan karena kesadaran mereka,
tetapi takut terhadap sanksi yang diberikan oleh guru/wali kelas. Secara
lahiriah memang murid-murid kelihatan menurut, tetapi secara batiniah mereka
terasa tertekan. Akibatnya guru dibenci oleh anak.
b. Kepemimpinan
Guru/Wali Kelas yang bertipe Laizzes Faire.
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Laizzes Faire, di dalam melaksanakan kepemimpinannya bersifat lunak. Segala sesuatunya diserahkan kepada murid-murid. Guru/wali kelas hanya mengikuti kemauan atau kehendak murid-muridnya. Keputusan yang diambil guru/wali kelas pada dasarnya adalah bukan keputusannya melainkan sebagai hasil kesepakatan antara guru/wali kelas dengan murid. Karena guru/wali kelas bersikap lunak dan menyerahkan segala sesuatunya kepada murid, maka guru/wali kelas kadang-kadang dijadikan alat oleh murid-murid untuk memenuhi keinginannya. Guru/wali kelas dianggap oleh murid-muridnya sebagai guru/wali kelas yang tidak berwibawa.
c.
Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Paterlistik.
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Paterlistrik, di dalam
melaksanakan kepemimpinannya selalu bersikap melindungi atau menolong
murid-muridnya. Dalam segala hal murid selalu dibantu. Guru/wali kelas selalu
menganggap murid-muridnya tidak mampu dalam menyelesaikan permasalahannya.
Akibatnya inisiatif dan kreatifitas murid-murid tidak berkembang. Murid-murid
tidak pernah diserahkan tanggung jawab sepenuhnya dalam melaksanakan
tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Murid-murid tidak diberikan kesempatan
untuk mengembangkan dirinya. Guru/wali kelas selalu dianggap dirinya orang yang
superior.
d.
Kepemimpinan Guru/Wali Kelas yang bertipe Demokratis.
Kepemimpinan guru/wali kelas yang bertipe Demokratis, di dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya selalu didasarkan atas musyawarah. Segala
sesuatunya ditentukan antara guru/wali kelas dengan murid. Murid-murid selalu
diikutsertakan dalam sesuatu hal yang berkaitan dengan kelas. Murid-murid
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengemukakan ide, pendapat dan saran.
Guru/wali kelas selalu memperhatikan dan mendengarkan segala sesuatu yang
dikemukakan oleh murid-murid untuk kemudian diputuskan sebagai hasil keputusan
bersama. Kepatuhan murid-murid terhadap apa yang telah digariskan oleh
guru/wali kelas bukan karena terpaksa tetapi atas kemauan atau kesadaran
sendiri karena merasa ikut bertanggung jawab terhadap keputusan tersebut
sebagai keputusan bersama. Di antara tipe-tipe kepemimpinan
guru/wali kelas yang dikemukakan tersebut, maka tipe kepemimpinan yang banyak
dikembangkan adalah tipe kepemimpinan yang demokratis. Tipe kepemimpinan ini
lebih bersifat manusiawi karena baik guru/wali kelas maupun murid-murid
dipandang sebagai orang yang masing-masing mempunyai kekurangan dan
kelebihannya. Oleh karena itu murid-murid dibimbing dan diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk berinisiatif, berkreatif dan mengemukakan pendapat.
Berdasarkan uraian-uraian diatas jelas bahwa jabatan guru sebagai
suatu profesi tidak saja mulia, karena berhubungan langsung dengan masalah
pendewasaan anak-anak, akan tetapi juga merupakan tugas yang cukup berat. Tugas
yang mulia dan hanya dapat diwujudkan oleh orang-orang yang memiliki kecintaan
terhadap pekerjaan mendidik. Sering suasana kelas dipengaruhi
oleh sikap guru di muka kelas. Kelas menjadi gaduh, kalau guru ragu-ragu dan
kelas menjadi tenang kalau guru bersikap tegas dan bijaksana. Bersikap tegas
tidak sama dengan bersikap keras, bersikap tegas berarti begini: kalau guru menyuruh murid-muridnya
supaya tenang, mereka harus mengindahkan suruhannya. Kalau
mereka belum tenang dan jangan mulai mengajar atau melanjutkan pelajaran, kalau murid-murid
belum tenang sungguh-sungguh. Kalau masih ada murid-murid yang bercanda,
bercakap-cakap dan guru terus melanjutkan mengajar, maka
percakapan itu akan menjadi menjalar dan kelas akan menjadi gaduh. Karena itu
peganglah teguh disiplin kelas, berbicaralah dengan tenang dan tegas, jangan
menganggap. Pembinaan hubungan baik Kondisi organisasional Kegiatan
rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat
sekolah akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin
yang telah diatur secara jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara
terbuka sehingga jelas pula bagi mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri
setiap siswa kebiasaan yang baik. Selain itu mereka akan terbiasa bertingkah
laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin
itu. Rutinitas kegiatan tersebut antara lain:
• Pergantian pelajaran
• Guru berhalangan hadir
• Masalah antar siswa
• Upacara bendera
• Kegiatan lainnya
Dengan hal demikian maka mereka akan terbiasa bertingkah laku
secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan yang bersifat rutin itu.
5. Murid
Murid sebagai unsur kelas memiliki perasaan kebersamaan (Sense Of
kolektive) merupakan kondisi yang sangat penting artinya bagi terciptanya kelas
yang dinamis. Oleh karena , setiap murid harus memiliki perasaan diterima (Sense
of membershif) terhadap kelasnya agar mampu ikut serta dalam kegiatan kelas.
Perasaan inilah yang akan menumbuhkan rasa tanggung jawab (Sense of
respsibility) terhadap kelasnya. Sikap ini akan tumbuh dengan baik apabila
dilakukan tindakan-tindakan pengelolaan kelas sebagai berikut :
a. Setiap murid dilibatkan dalam proses
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan kelas, guru hanya sekedar memberi petunjuk
dan bimbingan agar program atau kegiatannya sejalan dengan kurikulum.
b. Murid diberi kesempatan dalam
pembagian tugas-tugas untuk kepentingan kelas.
c. Bila guru atau wali kelas
berhalangan, bagi dan serahkanlah kepercayaan berupa tanggung jawab mengatur
rumah tangga
d. Motivasi agar setiap murid selalu
bersedia mengatur kelasnya melalui kegiatan rutin, misalnya membersihkan kelas,
papan tulis dan lain-lain.
e. Kembangkanlah kesediaan bekerjasama
dalam setiap kegiatan.
f.
Susunlah bersama murid tata tertib dan disiplin kelas serta
bentuklah pengurus kelas yang bekerja selama 1 tahun ajaran.
g. Doronglah agar murid secara terus
menerus ikut memikirkan kegiatan kelas dan berani mengusulkannya untuk
dilaksanakan bersama didalam atau diluar kelas.
6. Dinamika Kelas
Kelas adalah kelompok sosial yang dinamis yang harus dipergunakan
oleh setiap guru kelas untuk kepentingan murid dalam proses kependidikannya.
Dinamika kelas pada dasarnya berarti kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk
aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreativitas dan inisiatif murid
sebagai suatu kelompok. Untuk itu setiap wali atau guru kelas harus berusaha
menyalurkan berbagai saran, pendapat, gagasan, keterampilan, potensi dan energi
yang dimiliki murid menjadi kegiatan-kegiatan yang berguna.
Dengan demikian kelas tidak akan berlangsung secara statis, rutin
dan membosankan. Kreativitas dan inisiatif yang baik perwujudannya tidak
sekedar terbatas didalam kelas sendiri, tetapi mungkin pula dilaksanakan
bersama kelas-kelas yang lain atau oleh seluruh kelas. Setiap kelas harus
dilihat dari dua segi. Pertama, kelas sebagai satu unit atau satu kesatuan utuh
yang dapat mewujudkan kegiatan berdasarkan program masing-masing. Kedua, kelas
merupakan unit yang menjadi bagian dari sekolah sebagai suatu organisasi kerja
atau sebagai subsistem dari satu total sistem. Kedua sudut pandang itu harus
sejalan dalam arti semua kegiatan kelas yang dapat ditingkatkan menjadi
kegiatan sekolah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi semua murid.[3]
Indikator dari sebuah kelas yang tertib adalah sebagai berikut.
• Setiap siswa terus bekerja, tidak macet artinya tidak ada anak
yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat
melakukan tugas yang diberikan padanya.
• Setiap siswa terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu
artinya setiap siswa akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas
yang diberikan padanya.
7. Keluarga
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan
keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku
peserta didik yang agresif dan apatis. Problem klasik yang dihadapi guru memang
banyak berasal dari lingkungan keluarga. Kebiasaan yang kurang baik di
lingkungan keluarga seperti tidak tertib, tidak patuh pada disiplin, kebebasan
yang berlebihan atau terlampau terkekang merupakan latar belakang yang
menyebabkan peserta didik melanggar di kelas.
8. Lingkungan Sekitar
Dalam hal lingkungan sekitar, maka yang dimaksud sendiri adalah
masyarakat kelas yang ada di sekitar kelas, yaitu kelas sebelah yang harus
selalu di perhatikan agar selalu kondusif, karena kalau kelas sebelah rebut,
maka akan mengganggu konsentrasi kelas yang dibimbing oleh seorang guru.
9. Administrasi Teknik
Kondisi administrasi teknik termasuk hal-hal berikut ini:
a. Daftar resensi
Daftar presensi guru dan siswa hendaknya dikelola sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar yang sedang berlangsung. Hendaknya
diadakan pengecekan secara periodik daftar presensi ini.
b. Ruang bimbingan siswa
Ruangan khusus hendaknya tersedia dan dapat digunakan untuk
keperluan bimbingan siswa yang dilakukan oleh guru, wali kelas, atau guru
pembimbing di sekolah.
c. Tempat baca
Tempat baca yang dapat dimanfaatkan oleh para siswa pada waktu istirahat atau pada waktu luang hendaknya tersedia, begitu pula tempat dan alat bermain yang edukatif.
d. Catatan pribadi siswa
Catatan pribadi siswa mempunyai peranan penting dalam hubungannya
dengan manajemen kelas, baik dalam rangka pencegahan maupun dalam rangka
mengatasi tingkah laku yang sudah terlanjur.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan kelas berarti usaha dan tindakan yang dilakukan oleh
seorang guru yang bertujuan untuk menciptakan kondisi yang optimal dan efisien
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat melaksanakan proses
belajar mengajar dengan wajar.Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
pengelolaan kelas.
1. Kurikulum
2. Gedung dan Sarana Kelas / Sekolah
3. Guru
4. Murid/siswa
5. Dinamika kelas
6. Keluarga
7. Lingkungan sekitar
B. Saran
Seorang guru dituntut tidak hanya dapat mengajar di kelas, namun
juga harus mampu mengelola kelas dengan baik. Kemampuan guru dalam mengelola
kelas menjadi kebutuhan yang sangat penting agar guru dapat tampil optimal.Kegiatan
pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas agar tetap
kondusif sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif
dan efisien.
Untuk menambah wawasan kita, coba Perhatikan Video di bawah ini atau KLIK DISINI!!!
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nawawi,
Hadari, (1989). Organisasi
Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta : PT. Haji Mas Agung.
Mustakim,
Zaenal. (2017). Strategi
dan Metode Pembelajaran. Cet. Ke-5. Pekalongan: IAIN Pekalongan
Press.
[1] Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,(Pekalongan:
IAIN Pekalongan Press. 2017) hlm. 204
[2] Djamarah, Syaiful Bahri. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta:
Rineka Cipta.2006).hlm 184
[3] Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, (Jakarta : PT.Haji
Mas Agung. 1989) Hlm 130
Post a Comment