BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Proses pembelajaran akan berlangsung dengan optimal jika didukung
oleh guru yang profesional dan memiliki kompetensi yang memadai. Guru yang
berhasil adalah guru yang memiliki kemampuan dalam menumbuhkan semangat serta
motivasi belajar peserta didik, yang pada akhirnya akan mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran yang dialami oleh peserta didik. Motivasi belajar peserta
didik memiliki pengaruh yang kuat terhadap keberhasilan proses maupun hasil
belajar peserta didik.
Salah satu indikator kualitas pembelajaran adalah adanya semangat
maupun motivasi belajar dari para peserta didik. Motivasi memiliki pengaruh
terhadap perilaku belajar peserta didik, yaitu motivasi mendorong meningkatnya
semangat dan ketekunan dalam belajar. Motivasi belajar memegang peranan yang
penting dalam memberi gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar sehingga
peserta didik yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi
yang lebih baik.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Motivasi Peserta Didik ?
2.
Apa Sumber motivasi Peserta Didik ?
3.
Apa fungsi dan karakteristik motivasi Peserta Didik ?
4.
Apa saja teori motivasi Peserta Didik ?
5.
Bagaimana cara – cara untuk memotivasi Peserta Didik ?
6.
Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi Peserta Didik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Motivasi Peserta Didik
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti
dorongan, daya penggerak atau kekuatan yang menyebabkan suatu tindakan atau perbuatan.
Kata “movere” dalam bahasa Inggris, sering disepadankan dengan “motivation”
yang berarti pemberian motif, penimbulan motif, atau hal yang menimbulkan
dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan.[1]
Armstrong (2009) menyatakan bahwa motivasi adalah alasan untuk
melakukan sesuatu. Motivasi berkaitan dengan kekuatan dan arah perilaku dan
faktor – faktor yang mempengaruhi seseorang untuk berperilaku dengan cara
tertentu. Istilah motivasi dapat merujuk kepada berbagai tujuan yang dimiliki
oleh individu, cara dimana individu memilih tujuan, dan cara dimana orang lain
mencoba untuk mengubah perilaku mereka.
Vroom (2002) menyatakan bahwa motivasi mengacu kepada suatu proses
mempengaruhi pilihan – pilihan individu terhadap bermacam – macam bentuk
kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John. P. Campbell dan kawan – kawan
menambahkan rincian dalam defenisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi
mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingakh laku, kekuatan respon dan
kegigihan tingkah laku.[2]
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan tentang
motivasi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah
perilaku dan faktor – faktor yang mempengaruhi peserta didik untuk berperilaku
terhadap proses belajar yang dialaminya. Motivasi belajar merupakan proses yang
menunjukkan intensitas peserta didik dalam mencapai arah dan tujuan proses
belajar yang dialaminya, sehingga tujuan pembelajaran yang dikehendaki oleh
peserta didik dapat tercapai. Motivasi yang menyebabkan peserta didik melakukan
kegiatan belajar dapat timbul dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar
dirinya.[3]
B.
Sumber Motivasi Peserta Didik
Sumber motivasi
peserta didik sedikitnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.
Motivasi Intrinsik (Rangsangan dari dalam diri Peserta Didik)
Motivasi Intrinsik adalah motif – motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap peserta
didik sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Jenis motivasi ini timbul
dari dalam diri peserta didik tanpa adanya paksaan dorongan dari orang lain.
Motivasi pada dasarnya memang sudah ada di dalam diri setiap peserta didik. Faktor
individual yang biasanya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu adalah :
a.
Minat
Peserta didik
akan merasa terdorong untuk belajar, jika kegiatan belajar tersebut sesuai
dengan minatnya.
b.
Sikap Positif
Peserta didik
yang mempunyai sifat positif terhadap suatu kegiatan, maka ia akan berusaha
sebisa mungkin menyelesaikan kegiatan tersebut dengan sebaik – baiknya.
c.
Kebutuhan
Peserta didik
mempunyai kebutuhan tertentu dan akan berusaha melakukan kegiatan apapun sesuai
kebutuhannya.
2.
Motivasi Ekstrinsik (Rangsangan dari Luar Peserta Didik)
Motivasi Ekstrinsik adalah motivasi yang aktif dan berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ini dapat dipahami sebagai bentuk
motivasi yang di dalamnya aktivitas dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan
dari luar diri peserta didik.
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar peserta
didik, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain,
sehingga dengan keadaan demikian maka peserta didik mau melakukan sesuatu,
contohnya belajar. Bagi peserta didik dengan motivasi intrinsik yang lemah,
misalnya kurang rasa ingin tahunya, maka motivasi jenis kedua ini perlu untuk
diberikan.[4]
C.
Fungsi dan Karakteristik Motivasi Peserta Didik
Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh peserta didik, tidak
terlepas dari adanya faktor motivasi, dimana motivasi tersebut erat kaitannya
dengan tujuan.[5]
Terkait dengan hal tersebut, secara umum empat fungsi motivasi bagi peserta
didik, yaitu :
1.
Mendorong Berbuat
Motivasi mendorong peserta didik untuk berbuat. Artinya motivasi
ini merupakan penggerak atau motor yang melepaskan energi peserta didik.
2.
Menentukan Arah Perbuatan
Motivasi berfungsi sebagai penentu arah perbuatan, yakni ke arah
tujuan yang hendak dicapai oleh peserta didik.
3.
Menyeleksi Perbuatan
Menentukan berbagai perbuatan yang harus dikerjakan oleh peserta
didik guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan berbagai perbuatan yang tidak
bermanfaat.
4.
Pendorong Usaha dan Pencapaian Prestasi
Peserta didik melaksanakan segala sesuatu karena adanya motivasi.
Motivasi tersebut merupakan pemicu bagi pencapaian prestasi.
Terdapat tiga macam karakteristik dasar dari motivasi yang
berkenaan dengan peserta didik, yaitu :
1.
Usaha (Effort)
Merupakan kekuatan dari perilaku peserta didik atau seberapa besar
upaya yang dikeluarkan oleh peserta didik dalam menunaikan tugasnya.
2.
Ketekunan (Persistence)
Ketekunan peserta didik dalam menjalankan tugasnya.
3.
Arah (Direction)
Karakteristik ini mengarah pada kualitas belajar peserta didik
dalam perilaku belajarnya.
D.
Teori Motivasi Peserta Didik
1.
Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Teori motivasi Abraham Maslow (1943-1970) dinamakan dengan “A
theory of human motivation”, yakni seseorang berperilaku, karena adanya
dorongan untuk memenuhi bermacam – macam kebutuhan. Maslow berpendapat,
kebutuhan yang diinginkan seseorang berjenjang, artinya bila kebutuhan yang
pertama telah terpenuhi, maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama,
dan seterusnya.[6]
Dalam setiap diri manusia terdiri dari lima tingkat atau hirarki kebutuhan.
a.
Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Merupakan
kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang paling
dasar. Misalnya kebutuhan untuk makan.
b.
Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs)
Kebutuhan akan
perlindungan dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup, tidak
dalam arti fisik semata, akan tetapi mental, psikologikal dan intelektual.
c.
Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Kebutuhan untuk
merasa memiliki yaitu kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, berinteraksi,
dan kebutuhan untuk mencintai diri sendiri.
d.
Kebutuhan akan Harga Diri atau Pengakuan (Esteem Needs)
Kebutuhan untuk
dihormati, dan dihargai oleh orang lain.
e.
Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)
Kebutuhan untuk
menggunakan kemampuan, skill, potensi, kebutuhan untuk berpendapat, dengan
mengemukakan ide – ide, memberikan penilaian dan kritik terhadap sesuatu.
2.
Teori Kebutuhan Berprestasi McClelland
David Clarence McClelland (1917-1998) dikenal dengan karyanya
tentang motivasi. McClelland (1987) memperkenalkan teori kebutuhan berprestasi
atau Need for Achievment (N.Ach), yang menyatakan bahwa motivasi berbeda
– beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi.[7]
McClelland mendefenisikan motivasi sebagai suatu kebutuhan yang bersifat
sosial, kebutuhan yang muncul akibat pengaruh eksternal. McClelland
memperkenalkan tiga jenis motivasi, yaitu :
1.
Kebutuhan Berprestasi (N-Ach)
Adalah kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari
dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Kebutuhan akan prestasi merupakan
dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar,
bergulat untuk sukses. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin
menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi.
2.
Kebutuhan Kekuasaan (N-Pow)
Need for Power adalah kebutuhan untuk membuat orang lain
berperilaku dalam suatu cara dimana orang – orang itu tanpa dipaksa tidak akan
berperilaku demikian atau suatu bentuk ekspresi dari individu untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan ini didasari oleh
keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain.
3.
Kebutuhan Berafiliasi (N-Affil)
Need for Affiliation yaitu kebutuhan untuk berafiliasi yang
merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan oran lain, berada bersama orang
lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Kebutuhan akan
afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan
atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain.
3.
Teori “ERG” Clyton Alderfer
Clayton Alderfer memperkenalkan teori yang merupakan kelanjutan
dari teori Maslow. Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”, yang berasal
dari tiga istilah, yaitu: E = Existence (Kebutuhan akan eksistensi), R =
Relatedness (Kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain), dan G = Growth
(Kebutuhan akan pertumbuhan).[8]
1.
Kebutuhan Eksistensi (Existence)
Menyangkut penyediaan tuntutan eksistensi material dasar manusia.
Kelompok ini mencakup jenis – jenis yang dianggap oleh Maslow sebagai kebutuhan
fisik dan keamanan.
2.
Kebutuhan Keterhubungan (Relatedness)
Dorongan manusia untuk memelihara hubungan antar personal yang
penting. Dorongan sosial dan status ini menuntut interaksi dengan orang lain.
Kelompok kebutuhan ini selaras dengan apa yang dikemukakan Maslow sebagai
kebutuhan sosial dan penghargaan (social and esteem needs).
3.
Kebutuhan Pertumbuhan (Gowth Needs)
Dorongan
intrinsik untuk perkembangan personal. Kelompok kebutuhan ini mencakup komponen
– komponen intrinsik yang oleh Maslow digolongkan sebagai kelompok kebutuhan
penghargaan dan aktualisasi diri.
4.
Teori Dua Faktor Herzberg
Teori yang dikembangkan oleh Herzberg dikenal dengan model dua
faktor dari motivasi, yaitu :
1.
Faktor Motivasional
Hal – hal yang mendorong untuk berprestasi sifatnya intrinsik, yang
berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Faktor motivasional antara lain
ialah keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam belajar.
2.
Faktor Hygiene atau Pemeliharaan
Faktor – faktor
yang sifatnya ekstrinsik, yang berarti bersumber dari luar diri yang turut
menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Faktor – faktor
hygiene atau pemeliharaan misalnya status hubungan peserta didik dengan
keluarganya, hubungan peserta didik dengan sahabat dan temannya.
E.
Cara –cara untuk Memotivasi Peserta Didik.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memotivasi peserta
didik.[9]
Beberapa cara tersebut antara lain :
1.
Memberi Nilai
Angka dimaksud
merupakan simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar peserta didik yang
diberikan seseuai hasil ulangan yang telah mereka peroleh dari hasil penilaian
guru yang biasanya terdapat dalam buku rapor sesuai jumlah mata pelajaran yang
diprogramkan dalam kurikulum.
2.
Hadiah
Adalah
memberikan sesuatu kepada anak didik yang berprestasi yang berupa uang, buku
tulis, alat tulis atau buku bacaan lainnya, untuk memotivasi anak didik agar
senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi.
3.
Kompetisi
Adalah
persaingan yang digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong anak didik agar
mereka bergairah belajar, baik dalam bentuk individu maupun kelompok untuk
menjadikan proses belajar mengajar yang kondusif.
4.
Pujian
Pujian yang
diucapkan pada waktu yang tepat dapat dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan
pujian yang diberikan akan membesarkan jiwa anak didik dan akan lebih bergairah
belajar bila hasil pekerjaannya dipuji dan diperhatikan.
5.
Hukuman
Meskipun
hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat
dan bijak akan merupakan alat motivasi yang baik dan efektif.
F.
Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi Peserta Didik
Motivasi merupakan pendorong tingkah laku peserta didik.[10]
Faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi peserta didik adalah :
1.
Konsep Diri
Berkaitan
dengan bagaimana peserta didik berfikir tentang dirinya. Apabila peserta didik
percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka peserta didik
tersebut akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut.
2.
Pengakuan
Peserta didik
akan lebih termotivasi untuk belajar dengan lebih giat apabila dirinya merasa
dipedulikan, diperhatikan, atau diakui oleh keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan sosial dimana ia tinggal. Pengakuan akan mendorong peserta didik
untuk melakukan sesuatu sesuai dengan pengakuan tersebut.
3.
Cita – cita
Cita – cita
atau disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai oleh peserta
didik. Target tersebut adalah diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dan
mengandung makna bagi peserta didik.
4.
Kemampuan Belajar
Peserta didik
yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih termotivasi dalam
belajar, karena peserta didik tersebut lebih sering memperoleh sukses, sehingga
kesuksesan tersebut memperkuat motivasinya.
5.
Kondisi Peserta Didik
Kondisi fisik
dan kondisi psikologi peserta didik sangat mempengaruhi faktor motivasi
belajar, sehingga guru harus lebih cermat dalam melihat kondisi fisik dan
psikologi peserta didik.
6.
Keluarga
Keluarga dengan
perhatian yang penuh terhadap pendidikan, akan memberikan motivasi yang positif
terhadap peserta didik untuk berprestasi dalam pendidikan.
7.
Kondisi Lingkungan
Kondisi
lingkungan merupakan berbagai unsur yang datang dari luar diri peserta didik.
Unsur – unsur tersebut dapat berasal dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun
sosial, baik yang menghambat atau mendorong.
8.
Upaya Guru Memotivasi Peserta Didik
Upaya yang
dimaksud adalah bagaimana guru mempersiapkan strategi dalam memotivasi peserta
didik agar mampu mengoptimalkan seluruh potensi yang ada dalam diri peserta
didik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Motivasi belajar adalah perilaku dan faktor – faktor yang
mempengaruhi peserta didik untuk berperilaku terhadap proses belajar yang
dialaminya. Motivasi belajar merupakan proses yang menunjukkan intensitas
peserta didik dalam mencapai arah dan tujuan proses belajar yang dialaminya.
Motivasi menyebabkan peserta didik melakukan kegiatan belajar. Teori yang lazim
digunakan untuk menjelaskan sumber motivasi peserta didik sedikitnya bisa
digolongkan menjadi dua, yaitu sumber motivasi dari dalam diri (intrinsik) dan
sumber motivasi dari luar (ekstrinsik).
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memotivasi peserta
didik, antara lain memberi nilai, hadiah, kompetisi, pujian, dan hukuman.
Motivasi merupakan pendorong tingkah laku peserta didik. Faktor – faktor yang
mempengaruhi motivasi peserta didik adalah keluarga, konsep diri, pengakuan,
cita – cita, kemampuan belajar, kondisi peserta didik, kondisi lingkungan,
serta upaya guru dalam memotivasi peserta didik.
Daftar Pustaka
Donni Juni Priansa. (2015). Manajemen Peserta Didik dan Model
Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, cv.
Novan Ardy Wiyani. (2012). Manajemen
Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan Kelas yang Kondusif, Jakarta:
Bumi Aksara.
Drs. Mudasir, M.Pd. (2014). Memahami Peranan Manajemen Kelas, (Pekanbaru:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat.
Daniel Muijs dan Davis Reynolds. (2008). Effective Teaching
teori dan Aplikasi, Yogyakarka: Pustaka Pelajar.
Vern Jones dan Louise Jones. (2012). Manajemen Kelas
Komprehensif, Jakarta: Kencana.
M. Rachman. (1998). Manajemen
Kelas, Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
Arikunto dkk. (2001). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta:
Bumi Aksara.
[1]
Donni Juni Priansa, Manajemen Peserta Didik dan Model Pembelajaran, (Bandung:
Alfabeta, cv.,2015) Hal. 132
[3]
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas Teori dan Aplikasi Untuk Menciptakan
Kelas yang Kondusif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) Hal. 112
[4]
Drs. Mudasir, M.Pd, Memahami Peranan Manajemen Kelas, (Pekanbaru:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, 2014) Hal. 65
[5]
Daniel Muijs dan Davis Reynolds, Effective Teaching teori dan Aplikasi, (Yogyakarka:
Pustaka Pelajar, 2008) Hal. 110
[6] Op.cit, hal. 136
[7] Op.cit, Hal. 138
[9]
M. Rachman, Manajemen Kelas, (Jakarta: Depdikbud. Ditjen. Dikti Proyek
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1998) Hal. 54
[10] Arikunto dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi
Aksara,2001) Hal. 98
Post a Comment