Strategi
Penanganan Disiplin Kelas
Analisis singkat terhadap sikap guru yang
meningkatkan kemungkinan mereka merespons dengan lebih tenang dan rasional.
Michael Bernard (1990) menulis secara terperinci tentang masalah-masalah
pemahaman bagaimana tingkatan stress terjadi dalam situasi tertentu, bergantung
pada pengaruh sikap guru.[1] Dalam praktiknya,
pelaksanaan disiplin kelas tidak jarang mengalami masalah. Sebagai misal,
adanya oknum yang melanggar disiplin kelas yang telah disepakati. Maka dari
itu, untuk mengatasi adanya gangguan tersebut, perlu adanya strategi penanganan
disiplin kelas. Strategi ini dikelompokkan menjadi tiga, sesuai dengan
berat-ringannya pelanggaran yang terjadi.
Sebelumnya telah dibahas secara lengkap tentang Makalah Disiplin Kelas. KLIK DISINI!!!
1. Penanganan Gangguan Ringan
Gangguan-gangguan ringan yang tidak mengganggu
kelas memang sering terjadi. Namun jika gangguan-gangguan kecil ini tidak
segera ditangani, maka akan menjadi gangguan besar. Sebagai contoh, seorang
siswi memperlihatkan sesuatu kepada teman sebangkunya, jika hal ini dibiarkan,
maka siswa yang lain akan penasaran dan ikut melihat sehingga kelas bisa
menjadi ramai. Winzer (1995) menguraikan beberapa strategi yang dapat digunakan
pendidik untuk mengatasi gangguan tersebut. Antara lain :
a. Mengabaikan
Ganggunguan kecil dan ringan yang dianggap tidak
akan mempengaruhi yang lain dapat diabaikan saja.
b. Menatap agak lama
Untuk mengatasi peserta didik yang melanggar bisa
ditangani dengan menatapnya agak lama.
c. Menggunakan
tanda nonverbal
Penanganan bagi peserta didik yang melanggar juga
dapat diatasi dengan memberikan tanda nonverbal, misalnya dengan mengangkat
tangan, atau meletakkan jari diatas bibir untuk menyuruh siswa yang gaduh diam.
d. Mendekati
Trik mendekati peserta didik yang melanggar juga
dapat digunakan dalam mengatasi adanya pelanggaran yang dilakukan oleh peserta
didik. Saat pendidik mendekati peserta didik yang melanggar, dapat menimbulkan
perasaan bersalah bagi peserta didik, sihingga ia memiliki tanggung jawab atas
perbuatannya.
e. Memanggil nama
Memanggil nama siswa yang sedang melakukan
pelanggaran kecil akan dapat membantu memulihkan disiplin kelas asal dilakukan
secara bijaksana, dan usahakan untuk tidak membuat siswa sakit hati, ataupun
tersinggung.
f.
Mengabaikan
secara sengaja
Strategi ini biasanya digunakan untuk menangani
siswa yang mencari perhatian yang terlalu berlebihan. Misalnya siswa yang
berlagak pintar, dan berlagak menggurui,. Artinya, kita tidak perlu menegurnya,
tidak mendekati, maupun menatapnya. Hal ini dilakukan atas dasar asumsi bahwa
tingkah anak yang mencari perhatian berlebih akan menjadi-jadi jika kita
menanggapinya.
2. Penanganan Gangguan Berat
Gangguan berat merupakan pelanggaran yang dilakukan
oleh peserta didik yang dapat mempengaruhi siswa lain dan mengganggu jalannya proses
belajar. Sebagai contoh adalah adanya siswa yang berkelahi, membolos, ada yang
tidak mau mengerjakan tugasnya, sering terlambat, atau gangguan berat lainnya.
Maka Winzer (1995) mengemikakan beberapa strategi sebagai berikut :
a.
Memberikan
hukuman
Memberikan hukuman pada siswa yang melakukan
pelanggaran memang masih menjadi persoalan, karena pemberian hukuman dianggap
lebih banyak memberikan efek negative dibandingkan efek positifnya. Hal ini
didukung oleh pernyataan Kohn (1996) mengemukakan bahwa hukuman dapat
memperparah masalah, meerusak hubungan guru-siswa, dan menghambat proses
perkembangan etika. Winzer (1995) menyatakan bahwa dalam pemberian hukuman ada
hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Gunakan hukuman jika hal tersebut dianggap sangat
perlu.
2. Mulai dengan hukuman yang ringan, misalnya :
memberikan teguran yang halus sebelum memutuskan memberikan hukuman.
3. Hukuman harus diberikan secara adil dan sesuai
dengan tingkat pelanggaran.
4. Ketika memberikan hukuman, guru hendaknya
memberikan contoh apa yang semestinya dilakukan.
b.
Melibatkan
orang tua
Pendidikan anak merupakan tanggung jawab bersama
antara orang tua, masyarakat dan sekolah. Oleh karena itu, wajar jika seorang
guru melibatkan orang tua dalam mengangani masalah pelanggaran disiplin kelas.
Untuk melibatkan orang tua, ada baiknya guru membuat laporan secara teratur
kepada orang tua tentang perkembangan anaknya. Termasuk pelanggaran yang dibuat
maupun prestasi yang dicapai.
3. Penanganan Perilaku Agresif
Perilaku agresif merupakan perilaku menyerang yang
ditunjukkan oleh siswa di dalam kelas. Misalnya ada siswa yang berteriak,
menyerang atau menyakiti siswa lain, atau bahkan menyerang guru. Kita tentu
mengharapkan hal-hal tersebut tidak terjadi di kelas kita.jika perilaku agresif
tersebut sampi muncul, kita harus segera mengatasinya, dengan cara-cara sebagai
berikut :
a. Mengubah tempat duduk.
Jika ada siswa yang berkelahi dengan teman
sebangkunya, maka perluadanya perpindahan (rolling) tempat duduk, agar tidak
terjadi perkelahian yang dapat mengganggu suasana belajar.
b. Jangan terjebak konfrontasi atau perselisihan yang
tidak perlu.
Kita harus menyadari, ketika di kelas V dan VI
merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan siswa yang biasannya menunjukkan
sifat agresif. Untuk itu, kita tidak boleh menanganinnya dengan kasar, bahkan
kita tidak boleh mengucapkan kata-kata kasar, karena jika kita menanganinya
dengan emosi, maka masalah justru akan bertambah parah.
c. Jangan
melayani siswa yang agresif dalam keadaan emosi.
Kita tidak boleh melayani siswa agresif dengan
keadaan emosi, karena dapat memperparah masalah.
d. Tidak mengucapkan perkataan kasar dan tidak
menghina.
Penggunaan kata-kata kasar yang menghina akan
menimbulkan perasaan dendam siswa terhadap gurunya. Di samping itu penggunaan
kata-kata yang kasar akan menurunkan martabat kita sebagai guru.
e. Konsultasi pada pihak lain yang lebuh
berpengalaman.
Jika guru
dihadapkan pada perilaku / pelanggaran yang membahayakan siswa lain maupun guru
sendiri, sebaiknya guru segera meminta bantuan kepada orang yang sudah ahli.[2]
[1]
Sudarwan Danim & Yunan Danim, Administrasi Sekolah & Manajemen Kelas
2011, Bandung: CV PUSTAKA SETIA, h. 184.
[2] Fani
Julia Fiana dkk, Disiplin Siswa Di sekolah dan Implikasinya dalam Pelayanan
Bimbingan dan Konseling, Jurnal Ilmiah Konseling Vol. 2 No. 23, 2013
Post a Comment