Kewajiban Menuntut Ilmu Dalam Al Qur'an | Makalah Islam



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

            Ilmu adalah suatu kebutuhan pokok dalam menjalani kehidupan. Apapun yang kita lakukan tanpa ilmu hasilnya sia sia. Karena setiap sesuatu pasti membutuhkan ilmu. Ilmu merupakan tuntutan yang wajib kita cari. Alquran dan hadits pun menyinggung kewajiban tentang mencari ilmu.

            Kewajiban mencari ilmu(belajar) dan memberi ilmu(mengajar) merupakan suatu tuntutan bagi manusia yang menginginkan suatu kehidupan yang layak sebagai implementasinya dalam kehidupan di dunia. Pendidikan merupakan suatu sarana utama yang menentukan masa depan. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.         

Dalam kaitannya dalam belajar maupun mengajajar, Allah membimbing manusia untuk menjalani hidupnya dengan Alquran. Oleh karena itu, perlu dibahas secara mendalam tentang ayat ayat yang menekankan pada kewajiban belajar dan mengajar.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana perintah Allah tentang kewajiban belajar dan mengajar dalam al Qur’an surah :

1.      Surah Al-‘Alaq : 1-5

2.      Surah Al-ghasiyah : 17 – 20

3.      Surah Al-Ilmron : 190 – 191

4.      Surah At-Taubah : 122

5.      Surah Al-Ankabut : 19 – 20

C. Tujuan

Mengetahui perintah Allah tentang kewajiban belajar dan mengajar dalam al Qur’an surah :

1.      Kandungan Surah Al-‘Alaq : 1-5

2.      Kandungan Surah Al-ghasiyah : 17 – 20

3.      Kandungan Surah Al-Ilmron : 190 – 191

4.      Kandungan Surah At-Taubah : 122

5.      Kandungan Surah Al-Ankabut : 19 - 20

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Surah Al-‘Alaq : 1-5

1. Ayat dan Terjemahan

ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ  

1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

2. Asbabul nuzul

Ayat ini merupakan ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. ketika di gua Hiro’ayat ini merupakan permulaan rahmat yang diturunkan karena kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Imam Ahmad berkata, ketika itu beliau didatangi malaikat jibril seraya berkata “Bacalah” Nabi muhammad menjawab “aku tidak bisa membaca” kemudian jibril mendekap beliau hingga merasa kesusahan. Dan jibril melepaskannya seraya berkata “bacalah” Nabi Muhammad menjawab “aku tak bisa membaca” kemudian jibril mendekap beliau yang ke dua kali dan melepaskannya seraya berkata “Bacalah” Nabi Muhammad Menjawab “Aku tak bisa membaca” dan jibril mendekapnya lagi yang ke tiga kali hingga beliau benar-benar merasa kesusahan dan melepaskannya lagi seraya berkata hingga ayat ke lima.

 ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{

Dalam ayat tersebut juga disinggung atau di ulang kembali mengenai asal mula penciptaan manusia dari segumpal darah "علق"  dan di katakan pula bahwa diantara bentuk kemurahan Allah ialah telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak di ketahuinya. Allah telah memuliakan dan menghormati manusia dengan sebuah ilmu. Ilmu merupakan bobot tersendiri yang membedakan antara Abul Basyar dan malaikat. Ilmu itu adakalanya dalam hati, adakalanya di lisan dan adakalanya dalam tulisan. Berarti ilmu itu mencangkup tiga aspek yaitu hati, lisan dan tulisan. Sedangkan yang di tulisan membuktikan adanya penguasaan kepada dua aspek lainnya, tetapi tidak pada sebaliknya. Karena itulah Allah menyebutkan dalam firmannya

ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ

Dalam sebuah Atsar di sebutkan bahwa "قيد العلم بالكتابة"  yang berarti “ ikatlah ilmu dengan tulisan “ dan masih disebutkan pula dalam asar bahwa barang siapa yang mengajarkan seatu ilmu yang di ketahuinya maka Allah akan memberikan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya.

3. Penjelasan

Ayat ini mengandung perintah kewajiban belajar dengan perintah membaca dan menulis atas dasar nama Tuhan dalam segala ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat di catat dengan pena, pena adalah benda kaku, beku, dan tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahami oleh manusia.

     Demikian pula dengan Ar-Razi menguraikan dalam tafsirnya, bahwa pada ayat pertama disuruh membaca dengan nama Tuhan yang telah mencipta, mengandung qudrat, hikmat, ilmu dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat seterusnya Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah satu isyarat bahwa ada juga diantara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat difahami kalau tidak didengarkan dengan seksama. Maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan tiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan Tuhan itu tidak akan dikenal kecuali dengan perantaraan Nubuwwat itu sendiri. Dan tidak akan ada Nubuwwat kecuali atas kehendak Tuhan. 

            Jadi, manusia merupakan makhluk pencari ilmu. Ilmu itu dia daptkan melalui alam, wahyu yang tersurat, dan atau ilham. Semua ilmu yang diperoleh manusia dari manapun dia pelajari adalah ilmu Tuhan atau bersumber dari Tuhan.[1]

4. Pelajaran yang dapat di ambil

a. Dalam surat ini, Nabi Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan semangat yang tinggi. Dari sini dapat ditarik kesimpulan sebagai seorang abdi atau murid harus mempunyai semangat mencari ilmu dan mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya sikap tawadhu yang akan memudahkan dirinya dalam pembelajaran.


            b. Melaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar Nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahsa dirinya dalam keadaan terjaga.
Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid.Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru.


B.
Surah Al-Ghasiyah : 17-20

1.      Ayat dan terjemahan

Ÿxsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz ÇÊÐÈ   n<Î)ur Ïä!$uK¡¡9$# y#øŸ2 ôMyèÏùâ ÇÊÑÈ   n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ   n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ  

17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan,

18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan?

19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?

20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan?

2. Asbabun nuzul

Dalam Ayat tersebut Allah SWT berfirman seraya memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk melihat melihat ciptaannya yang menunjukkan kekuasaan dan keagungannya.

Ÿ xsùr& tbrãÝàYtƒ n<Î) È@Î/M}$# y#øŸ2 ôMs)Î=äz  "

Ayat tersebut mengingatkan manusia kepada unta. Karena sesungguhnya unta itu merupakan hewan yang menakjubkan dan berbentuk unik, kuat dan keras, tetapi sekalipun demikian ia jinak untuk mengankun barang yang berat dan tunduk pada yang menuntun yaitu pengendali yang lemah. Tubunya banyak mengandung manfaat, yaitu daging yang dapat dimakan, bulunya dpat dimanfaatkan serta air susunya pun dapat diminum. Mengapa dalam ayat tersebut unta disebutkan secara khusus karena menurut sejarah kebanyakan orang-orang arab menggunakan unta sebagai kendaraan.

            Disebutkan bahwa Syuraih Al-qodi pernah mengatakan “ marilah kita keluar untuk melihat unta, bagaimana ia diciptakan dan bagaimana langit ditinggikan. Yakni bagaimana Allah SWT.Meninggikannya dari bumi dengan ketinggian yang tak terkirakan. Sebaimana firmannya

óOn=sùr& (#ÿrãÝàZtƒ n<Î) Ïä!$yJ¡¡9$# ôMßgs%öqsù y#øx. $yg»oYøt^t/ $yg»¨Y­ƒyur $tBur $olm; `ÏB 8lrãèù ÇÏÈ  

6. Maka Apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun ?  ( Qs. Qaaf : 6 )

n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ  

Artinya: menjadikannya tertancap kuat sehinga benar-benar kokoh dan tangguh agar bumi beserta isinya tidak mudah goyang. Dan didalamya Allah menjadikan padanya banyak manfaat dan bahan-bahan mineral dan tangbang yang berada didalamnya.

n<Î)ur ÇÚöF{$# y#øx. ôMysÏÜß ÇËÉÈ

Artinya: bagaimana bumi itu dihamparkan, digelarkan dan dijadikan tempat yang layak untuk dihuni. Dengan demikian Allah telah mengingatkan kepada orang badui untuk menjadikan sebagai bukti dari apa yang seri mereka saksikan yaitu unta yang dikendaarai, langit yang diatasnya, guning-gunung yang tegak didepannya serta bumi yang diinjaknya. Semua itu tidak lain untuk menunjukkan kekuasaan pencipta. Dia tidak lain adalah Tuhan yang maha besar, yang maha pencipta, yang maha menguasai dan mengatur segalanya. Dan tiada tuhan disembah kecui dia.

3. Penjelasan

       Ayat ini memerintahkan kewajiban  dalam  menuntut ilmu atau belajar, seraya memerintahkan hamba-hambanya untuk melihat kepada makhluk ciptaan-Nya yang menunjukkan kekuasaan dan keangunggannya seperti melihat unta bagaimana dia diciptakan dan juga melihat langit bagaimana ia ditinggikan, serta mempercayai akan kekuasaan dan keagungan Allah Swt sehingga kita tidak sama dengan orang-orang kafir yang tidak mempercayai semua yang ada dibumi ini adalah ciptaan Allah Swt sebagai tanda-tanda kebesaran sang pencipta.

4. Ibrah

       Jendela perolehan ilmu didasarkan dari al Qur’an yang mendorong manusia agar mempelajari fenomena alam, seperti unta, angkasa, bumi, gunung, manusia, dan ufuk. Hal ini berarti fenomena alam ini mesti dipelajari agar manusia mendapatkan ilmu mengenainya. Ayat ayat itu selain menggambarkan sesuatu yang dipelajari, ia juga mendiskripsikan cara cara mendapatkan ilmu mengenainya. Menurut al Qur’an, ilmu itu dapat diperoleh melalui tiga hal, yaitu rasional, empiris, dan wahyu atau ilham.[2]


C.
Surah Al-Imron : 190 – 191

1.      Ayat dan terjemahan

žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.

2. Asbabun nuzul

Ayat tersebut menceritakan tanda-tanda dan bukti keagungan Allah serta sifat orang yang berakal dan doa yang mereka panjatkan.


žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur

Maksud ayat tersebut ialah pada ketinggian dan keluasan langit dan juga pada kerendahan bumi serta kepadatannya dan tata letaknya dan semua yang ada pada keduanya merupakan tanda-tanda kekuasaannya yang amat besar yang juga terdapat dalam langit dan bumi baik berupa bintang, lautan, pegunungan, binatang, tumbuhan dan sebagainya.

É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur

Maksudnya silih bergantinya siang dan malam, susul menyusulnya dan panjang pendeknya. Terkadang ada malam yang lebih panjang dan siang lebih pendek.Hingga masing-masing diantara keduanya menjadi seimbang. Semua itu berjalan berdasarkan pengaturan dari Tuhan yang Maha perkasa lagi maha mengatahui oleh karena itu selanjutnya Allah berfirman.

;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$#

Yaitu akal-akal yang sempurna lagi mempunyai kecerdasan, karena hanya demikianlah yang dapat mengetahui segala sesuatu dengan hakikatnya masing-masing secara jelas dan gamblang. Lain halnya denga orang yang bisu, tuli dan tidak berakal. Seperti firman Allah dalam surah yusuf :105 – 106.


Dan kemudia pada ayat selanjutnya Allah memperjelas tentang ciri khas orang-orang yang berakal melalui firman_Nya

tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_

Yaitu orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw. melalui Imron Ibnu Husain dalam kitab Shahihaini. “ Salatlah sambil berdiri. Jika kamu tidak mampu berdiri, maka salatlah sambil duduk.Dan jika kamu tidak mampu duduk, maka salatlah denga berbaring pada lambungmu”.Merka tidak pernah putus dari berdzikir mengingat_Nya dalam semua keadaan mereka.Lisan, hati dan jiwa mereka semua mengingat Allah Swt.

tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur

Dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi. Artinya mereka berfikir dan  memahami semua hikmah yang terkandung didalamnya yang menunjukkan kebesaran penciptanya, kekuasaanya, pengetahuannya, hikmahnya dan rahmatnya. Seperti halnya Sufyan Ibnu Unaynah mengatakan dalam syairnya “Apabila seseorang menggunakan akal pikirannya, maka pada segala sesuatu terdapat pelajaran baginya”.Artinya berfikir adalah cahaya yang masuk dalam hati.

Nabi ‘Isa berkata “Berbahagialah bagi orang yang lisannya selalu berdzikir, diamnya selalu berfikir tentang kekuasaan Allah adalah jalan menuju pintu surga”. Sesungguhnya Allah mencela orang yang tidak mengambil pelajaran tentang makhluk-makhluknya yang menunjukkan dzatnya, sifatnya, syariatnya, dan tanda-tanda kekuasaanya.


$uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/

Maksudnya Allah menciptakan semuanya dengan penuh kebenaaran. Agar engkau berikan balasan kepada orang yang beramal buruk tentang apa yang dilakukannya. dan memberikan balasan kepada orang yang berbuat baik dengan yang lebih baik yaitu surga. Dalam ayat tersebut Allah memuji hambanya yang mukmin dan taat kepadanya.

Dan kemudian orang-orang mukmin menyucikan Allah Swt. Dari perbuatan sia-sia dan penciptaan yang batil dengan mengatakan

y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$#

3. Penjelasan

            Ayat ini menjelaskan tentang perintah untuk belajar (berfikir) dengan menggunakan akal dalam konteks belajar dalam memahami alam semesta sebagai tanda tanda kebesaran Allah SWT. Tujuan utama dari surat ini adalah pembuktian tentang tauhid, keesan dan kekuasaan Allah. Pada ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaannya juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berfikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna sebagai tanda yang menunjukkan keesaan Allah, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaannya. Orang yang memiliki akal, apabila memperhatikan sesuatun selalu akan memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda tanda kebesaran Allah SWT, serta akan selalu ingat nama Allah dimanapun ia berada.


D.
Surah At-Taubah : 122

1.      Ayat dan terjemahan

* $tBur šc%x. tbqãZÏB÷sßJø9$# (#rãÏÿYuŠÏ9 Zp©ù!$Ÿ2 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$# (#râÉYãŠÏ9ur óOßgtBöqs% #sŒÎ) (#þqãèy_u öNÍköŽs9Î) óOßg¯=yès9 šcrâxøts ÇÊËËÈ  

122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

2. Asbabun nuzul

Ayat ini merupaka penjelasan dari Allah Swt. Mengenai apa yang dikehendakinya yaitu merkenaan dengan keberangkatan semua kabilah bersama Rasulullah Saw. dalam medan Tabuk, dan sejumlah kecil diantaara mereka boleh tidak berangkat. Maksudnya agar mereka yang berangkat bersama Rasulullah Saw.memperdalam agamanya melalui wahyu-wahyu yang diturunkan kepada beliau. Selanjutnya apabila mereka kembali kepada kaumnya, maka mereka memberikan peringatan kepada kaumnya tentang segala sesuatu yang menyaangkut musuh agam mereka waspada.

Dengan demikian, maka golongan yang tertentu ini memikul dua tugas sekaligus. Namun sesudah masa Nabi, mereka yang berangkat ke kabilah-kabilah tersebut tidak lain untuk belajar agama atau untuk berjihad. Hal itu merupakan fardu kifayah bagi mereka.

3. Penjelasan

       Ayat ini menjelaskan perintah tentang kewajiban dalam menuntut ilmu (belajar) bahwa jihad itu tidak hanya dengan berperang tetapi juga dalam hal menuntut ilmu itu adalah sebuah jihad atau perjuangan dijalan Allah SWT. Karena apabila tidak ada lagi para generasi muda yang mau belajar serta menuntut ilmu, maka generasi muda islam akan jauh tertinggal dari yang lain, serta tidak akan mengetahui tentang apa apa ilmu yang ada dibumi ini yang wajib kita pelajari dan kita ajarkan kepada orang yang tidak mengetahuinya.


E.
Surah Al-Ankabut : 19 – 20

1.      Ayat dan terjemahan

öNs9urr& (#÷rttƒ y#øŸ2 äÏö7ムª!$# t,ù=yø9$# ¢OèO ÿ¼çnßÏèム4 ¨bÎ) šÏ9ºsŒ n?tã «!$# ׎Å¡o ÇÊÒÈ   ö@è% (#r玍ŠÎû ÇÚöF{$# (#rãÝàR$$sù y#øŸ2 r&yt/ t,ù=yÜø9$# 4 ¢OèO ª!$# à×Å´Yムnor'ô±¨Y9$# notÅzFy$# 4 ¨bÎ) ©!$# 4n?tã Èe@à2 &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ  

19. dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

20. Katakanlah: “Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi[3]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2. Asbabun nuzul

Allah Swt. Berfirman menceritakan kisah Nabi Ibrahim a.s. bahwa beliau memberi petunjuk kepada kaumnya untuk membuktikan akan adanya hari kebangkitan, namun mereka mengingkari melalui apa yang bereka saksikan dalam dirinya sendiri. Yaitu bahwa Allah Swt. Menciptakan mereka dari tiada dan tidak mungkin meniadakan yang sudah ada.Padahal baginya adalah hal yang mudah.

Dan kemudian Nabi Ibrahim a.s. memberikan petunjuk melalui segala sesuatu yang mereka saksikan di cakrawala. Yaitu berupa tanda-tanda kekuasaan Allah yang menciptakan.Seperti langit dan bintang-bintang yang ada padanya.Juga bumi yang dihamparkan, gunung-gunung yang ada padanya.Dan kekuasaan lainnya.

3. Penjelasan

       Pada ayat 19 ini Allah memerintahkan kita untuk belajar dan berfikir dengan menggunakan akal. Dan Allah memberi kita dorongan sebagai seorang manusia agar selalu memperhatikan proses penciptaan alam semesta dan fenomena fenomena yang selalu ada dan tidak pernah hilang dari pandangan manusia dan semua ini bukti atas kekuasaan Allah SWT.

       Pada ayat 20 memberikan dorongan kepada umat islam tentang kewajiban dalam belajar, dan memerintahkan agar menuntut ilmu tidak hanya dilakukan didalam negeri kita sendiri saja, tetapi boleh dilakukan diluar negeri, dimana saja dan kapan saja sehingga akan mempertebal keyakinannya serta sebagai bukti nyata bagi orang orang yang menolak ajaran al Qur’an.



BAB III

PENUTUP


Kesimpulan
Dari berbagai rincian dan kandungan ayat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :

Dalam surah Al-Alaq Allah memerintahkan untuk membaca untuk memperoleh pengetahuan, pemiliran dan pemahaman. Dan Allah juga menjelaskan bahwa manusia itu diciptaka dari egumpal darah Dalam surah Al-Ghasyiah Allah memerintahkan dan mengajak untuk berfikir tengtang ciptaannya.

Dalam Surah Al-Imron Allah menceritakan tanda-tanda kekuasannya dan sifat-sifat orang yang berfikir.Serta pujian hamba kepadanya.Dan dalam ayat tersebut Allah memerintahkan untuk selalu berdzikir dan berfikir tentang kekuasannya.

Dalam surah At-Taubah Allah memperjelas mengenai apa yang dikehendakinya. Allah tidak hanya memerintahkan untuk selalu berjihad akan tetapi juga belajar agama kepada Rasulullah.
Dalam surah Al-Ankabut lagi-lagi Allah memerintahkan untuk memikirkan kekuasaannya.Dan dalam ayat tersebut Allah meceritakan Kisah Nabi Ibrahim yang diingkari umatnya.

 



[1] M. Yusuf, Kadar, Tafsir Tarbawi, 2011 (Pekanbaru : Zanafa Publishing), hlm. 28

[2] M. Yusuf, Kadar, Tafsir Tarbawi, 2011 (Pekanbaru : Zanafa Publishing), hlm. 33

[3] Maksudnya: Allah membangkitkan manusia sesudah mati kelak di akhirat

 


Post a Comment

Previous Post Next Post

Terkini