Penerapan Metode Qira’ah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Untuk Pendidikan Tingkat Menengah

 


Pendahuluan

 Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Komunikasi dapat berupa langsung atau lisan seperti menyimak dan berbicara, komunikasi dapat pula berwujud tak langsung seperti membaca dan menulis. Oleh karena itu, bahasa harus diajarkan kepada anak didik, hal ini harus benar-benar disadari, apalagi para guru umumnya dan para guru bidang studi pada khususnya. Dengan perkataan lain agar para peserta didik mempunyai kompetensi bahasa (language competition) yang baik. Apabila seseorang mempunyai kompetensi bahasa yang baik maka diharapkan dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar, baik secara lisan atau tertulis. [ henry Guntur tarigan, 1990, 2] Jadi, jelas bahwa pembelajaran bahasa menghendaki kompetensi berbahasa, atau dengan kata lain peserta didik harus menguasai keterampilan-keterampilan berbahasa.

   Bahasa Arab merupakan bahasa yang paling fasih diantara bahasa-bahasa yang lain dan yang paling tinggi bahasanya yaitu sebagai bahasa al-Qur’an dan bahasa yang Allah gunakan saat menurunkan wahyu-Nya dengan menggunakan bahasa Arab. Dalam mempelajari bahasa Arab ada beberapa keterampilan yang harus dicapai oleh peserta didik atau bagi orang yang ingin mempelajari dan memahami bahasa Arab ada empat keterampilan yang harus dikuasai: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis. [acep hermawan, 2011, 129]

                 Sebagai salah satu keterampilan reseptif, keterampilan menyimak menjadi unsur yang harus lebih dahulu dikuasai pelajar. Memang secara alamiah pertama kali manusia memahami bahasa orang lain lewat pendengaran, maka dalam pandangan konsep tersebut, keterampilan berbahasa asing yang harus didahulukan adalah menyimak. Sedangkan membaca adalah kemampuan memahami yang berkembang pada tahap selanjutnya.[acep hermawan, 130-131]

     Menurut ‘Ali Ahmad Madkūr, Istimā’ merupakan proses yang rumit dan mengandung beberapa unsur. Istimā’ adalah mengenali suara, memahami, menganalisis, menginterpretasikan, mempraktikkan, mengkritik, dan mengevaluasi materi yang didengarkan.4

     Pada hakikatnya pembelajaran mahārah istimā ini sangat membantu siswa yang masih tahap pemula dalam pembelajaran bahasa Arab, karena dalam kegiatan pembelajaran bahasa Arab sendiri yang menjadi gardu depan dalam menguasai bahasa Arab adalah dengan mahārah istimā. Namun kenyataannya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, mahārah istimā masih dikesampingkan dalam pembelajarannya. Maka tidak cukup rasanya dalam pembelajaran tersebut masih menggunakan metode klasik semisal metode langsung, ceramah, dan sebagainya. Perlu adanya pembaharuan khususnya metode untuk menyampaikan materi dengan baik.[ali ahmad madkur, 2006, 84]

     Keterampilan membaca yang dalam bahasa Arab disebut mahārah al-qirā’ah, terkait dengan dua aspek, yaitu kemampuan mengubah lambang tulis menjadi bunyi dan menangkap arti dari seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Adapun inti dari keterampilan membaca terletak pada aspek kedua. Namun, tidak berarti kemahiran dalam aspek pertama tidak penting. Sebab, kemahiran dalam aspek pertama mendasari aspek kedua.[ahmad fuad effendi, 2012, 116]

    Keterampilan membaca bahasa Arab merupakan keterampilan yang harus dimiliki siswa dalam rangka mengembangkan kemampuan berbahasa asing, yaitu bahasa Arab. Tujuan pengajaran membaca, sebagaimana diketahui adalah melatih pembelajar agar terampil memahami bacaan dan mengembangkan kemampuan membaca siswa. Metode yang digunakan harus mampu membuat siswa tertarik dan senang dalam proses pembelajaran.

Dari sinilah muncul beberapa masalah yang menjadi akibatnya, antara lain: siswa tidak menyukai pelajaran bahasa Arab karena pembelajaran yang monoton, siswa merasa kesulitan untuk mempelajari bahasa Arab, khususnya membaca bahasa Arab.

Berdasarkan pengalaman penulis, rendahnya kemampuan berbicara siswa menggunakan bahasa Arab dalam belajar rata-rata dihadapi sejumlah siswa kurang mampu membaca bahasa Arab. Hal ini disebabkan karena guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah dan hanya terpaku dengan adanya buku panduan serta lembar kerja siswa (LKS) tanpa menggunakan alat peraga atau media pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca bahasa Arab siswa.

Secara realita pembelajaran bahasa Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar pengajarannya harus berbeda, baik yang menyangkut metode (model pembelajaran), materi maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Mulyanto Sumardi berpendapat bahwa dalam pengajaran bahasa, salah satu segi yang sering disoroti orang adalah segi metode. Sukses tidaknya suatu program pengajaran bahasa sering kali dinilai dari segi metode yang digunakan, sebab metode lah yang menentukan isi dan cara mengajarkan bahasa.6

 Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu metode qirā’ah. Berdasarkan penelitian terdahulu menyatakan bahwa dalam pemilihan suatu metode harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan mahasiswa, supaya pembelajaran dapat diikuti dengan baik. Dan metode yang dianggap tepat dalam pembelajaran bahasa Arab tersebut adalah metode qirā’ah. Metode qirā’ah dalam pembelajaran bahasa Arab di PTAI paling tidak dapat memberikan mahasiswa kemampuan membaca dan memahami teks-teks keagamaan sebagai referensi skripsi mereka nanti.[sri dahlia, 2013, 16] Sedangkan menurut Kemas Abdul Hai dan Neldi Harianto (2017) menyatakan bahwa jika metode pembelajaran yang diterapkan tidak sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, maka yang terjadi mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan baik. Dan di dalam pembelajaran qirā’ah terdapat salah satu metode yang sering digunakan yaitu metode qirā’ah yang muncul setelah adanya ketidakpuasan terhadap metode langsung yang kurang memberikan perhatian kepada kemahiran membaca. [Kemas Abdul Hai dan Neldi Harianto, 2017, 129-130]

   Dengan penggunaan metode qirā’ah dapat meningkatkan kemampuan membaca dan menyimak bahasa Arab siswa. Penulis memilih metode pembelajaran ini supaya mengkondisikan siswa untuk terbiasa membaca bahasa Arab dan mampu memahami isi dari apa yang telah disimak dan mengungkapkan kembali lewat bahasanya baik secara lisan maupun tulisan.

Dari latar belakang tersebut, maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul “Metode Qirā’ah dalam Pembelajaran Keterampilan Reseptif Berbahasa Arab untuk Pendidikan Tingkat Menengah”.

 

Metode Penelitian

Artikel ini ditulis dengan metode kajian pustaka (library research). Data yang digunakan sebagai sumber penulisan berupa buku-buku, artikel, dan beberapa sumber data atau informasi lainnya yang dianggap relevan dengan kajian.

Kajian Teori

    A. Metode Qirā’ah

         1. Pengertian Metode

Metode merupakan satu rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur bahan-bahan bahasa, tak ada bagian-bagiannya yang bertentangan dan semuanya berdasarkan pada asumsi pendekatan tertentu. Dengan kata lain, metode adalah rencana menyeluruh mengenai penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan. Jika pendekatan bersifat aksiomatis, maka metode bersifat prosedural. .[syamsudin asyrofi, 2006, 82]

Menurut Hermawan, metode pembelajaran bahasa Arab dibagi menjadi 5 yaitu : metode kaidah dan terjemah, metode langsung, metode audiolingual, metode membaca, dan metode gabungan. Dalam hal ini peneliti meneliti salah salah satu dari metode pembelajaran bahasa Arab tersebut yaitu metode membaca (reading method). [acep hermawan, 116]

 2. Pengertian Metode Qirā’ah

   Metode qirā’ah adalah cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca, baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Melalui metode ini diharapkan para peserta didik dapat melafalkan kata-kata dan kalimatkalimat bahasa Arab dengan fasih, lancar dan benar sesuai kaidah-kaidah yang telah ditentukan. [wa muna, 2011, 68]

   Metode qirā’ah di dalam prakteknya dimulai beserta peserta didik dengan latihan bersuara, dalam minggu-minggu awal membiasakan latihan yang lengkap dan komprehensif dengan teknik bunyi bahasa, dan membiasakan mendengarkan kalimat yang sederhana, lalu mengkomunikasikannya. [Mahmūd Kāmil An-Nāqah, 1985, 85.]

 3. Latar Belakang Metode Qirā’ah

   Adapun yang melatarbelakangi munculnya metode membaca (qirā’ah) sesungguhnya merupakan reaksi atas metode langsung yang memprioritaskan keterampilan berbicara, dan mengabaikan tiga keterampilan lainnya (mendengar, membaca, dan menulis). Atas dasar inilah, maka para pendidik dan pakar bahasa termotivasi untuk mencetuskan sebuah gagasan metode kontemporer sesuai dengan perkembangan pembelajaran bahasa. Pada waktu itu berkembang opini bahwa pembelajaran bahasa asing termasuk di dalamnya adalah bahasa Arab dengan target semua keterampilan berbahasa adalah sesuatu yang mustahil.

Oleh karena itu, pada tahun 1929 Professor Coleman mengemukakan sebuah realistis bahwa pembelajaran bahasa yang memfokuskan kepada keterampilan membaca adalah “metode membaca”. Metode ini diaktualisasikan pada lembaga pendidikan formal dan perguruan tinggi Amerika serta lembagalembaga pendidikan lainnya di Eropa. [ahmad fuad effendi, 53] Kendati metode ini populer dengan terminologi metode membaca, bukan berarti keterampilan berbahasa yang lain diabaikan, akan tetapi dalam porsi yang minimal. Latihan menulis dan berbicara juga diberikan meskipun dengan porsi yang terbatas.[fathul  mujib, 2010, 46]

4. Asumsi Metode Qirā’ah

      Metode ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa pengajaran bahasa tidak bersifat multi tujuan, dan bahwa kemampuan membaca adalah tujuan yang paling realistis ditinjau dari kebutuhan pembelajar bahasa asing dan kemudahan dalam pemerolehannya. Kemahiran membaca merupakan bekal bagi pembelajar untuk mengembangkan pengetahuannya secara mendiri. Dengan demikian, asumsinya bersifat pragmatis bukan filosofis teoritis.15

5. Karakteristik Metode Qirā’ah

         Karakteristik metode qirā’ah antara lain adalah sebagai berikut :

a.    Tujuan utamanya adalah kemahiran membaca, yaitu agar pelajar mampu memahami teks ilmiah untuk keperluan studi mereka.

b.   Materi pelajaran berupa buku bacaan utama dengan supelemen daftar kosa kata dan pertanyaan-pertanyaan isi bacaan, buku bacaan penunjang untuk perluasan (extensif reading/ مواسعة قراءة ,(buku latihan mengarang terbimbing dan percakapan.

c.    Basis kegiatan pembelajarannya adalah memahami isi bacaan, didahului oleh pengenalan kosa kata pokok dan maknanya, kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. Pemahaman isi bacaan melalui proses analisis, tidak dengan penerjemahan harfiah, meskipun bahasa ibu boleh digunakan dalam mendiskusikan isi teks.

d.   Membaca diam (silent reading/ صامتة قراءة (lebih diutamakan daripada membaca keras (loud-reading/ جهرية قراءة.

e.  Kaidah bahasa diterangkan seperlunya tidak boleh berkepanjangan.

 

 

 

 6. Segi Kelebihan dan Kelemahan Metode Qirā’ah  dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Segi kelebihan metode qirā’ah dalam pembelajaran bahasa Arab diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Siswa dapat dengan lancar membaca dan memahami bacan-bacaan bahasa Arab dengan fasih dan lancar.

2) Siswa dapat menggunakan intonasi bacaan bahasa Arab sesuai dengan kaidah membaca yang benar.

3)   Dengan pelajaran membaca tersebut siswa diharapkan mampu pula menerjemahkan kata-kata atau memahami kalimat-kalimat bahasa Arab yang diajarkan.[ahmad fuady effendi, 54]

4) Metode ini memungkinkan para pelajar dapat membaca bahasa baru dengan kecepatan yang wajar bersamaan dengan penguasaan isi bahan bacaan tanpa harus dibebani dengan analisis gramatikal mendalam dan tanpa penerjemahan

5) Pelajar menguasai banyak kosa kata pasif dengan baik.

6) Pelajar bisa memahami aturan tata bahasa secara fungsional. [ahmad izzan, 2004, 94]

       Metode qirā’ah dalam pembelajaran bahasa Arab juga terdapat kelemahan, antara lain:

1) Pada metode ini, untuk tingkat pemula terasa agak sukar diterapkan. Karena siswa masih sangat asing untuk membiasakan. Sehingga, kadangkadang harus terpaksa berkali-kali menuntun dan mengulang.

2) Dilihat dari segi penguasaan bahasa, metode qirā’ah lebih menitikberatkan pada kemampuan siswa untuk mengucapkan atau katakata dalam kalimat bahasa Arab yang benar dan lancar.

3) Pengajaran sering terasa membosankan, terutama bila guru yang mengajar tidak simpatik/metode diterapkan secara tidak menarik bagi siswa. [ahmad izzan, 94-95]

4) Pelajar lemah dalam keterampilan membaca nyaring (pelafalan, intonasi, dsb).

5) Pelajar tidak terampil dalam menyimak dan berbicara, karena yang menjadi perhatian utama adalah keterampilan membaca.

6) Pelajar kurang terampil dalam mengarang bebas.

7) Karena kosa kata yang dikenalkan hanya berkaitan dengan bacaan, maka pelajar lemah dalam memahami teks yang berbeda.[ahmad fuad effendi, 55]

    B.  Keterampilan Berbahasa Arab

Keterampilan dalam berbahasa mencakup empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengar (mahārah al-istima’), keterampilan berbicara (mahārah al-kalām), keterampilan membaca (mahārah al-qirā’ah), dan keterampilan menulis (mahārah al-kitābah). Keempat aspek ini menjadi aspek penting dalam belajar bahasa Arab, karena keempat keterampilan tersebut tidak dapat dipisahkan. Karena kedudukan keempat keterampilan ini sangat menunjang dalam pencapaian keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan tersebut terbagi menjadi 2 aspek yaitu: aspek keterampilan reseptif (menyimak dan membaca) dan aspek keterampilan produktif (berbicara dan menulis).

1. Aspek Keterampilan Bahasa

    Reseptif Aspek ini meliputi keterampilan menyimak dan membaca

    a) Keterampilan menyimak (Mahārah al-Istimā’)

                   Menyimak merupakan kegiatan berbahasa yang dilakukan dalam bentuk reseptif lisan. Menyimak adalah sebuah aktivitas yang menggunakan alat pendengaran untuk memperoleh pesan atau apa yang disimak. Secara umum tujuan keterampilan menyimak adalah agar siswa dapat memahami ujaran dalam bahasa Arab, baik bahasa sehari-hari maupun bahasa yang digunakan dalam forum resmi. [Ahmad Fuad Effendy, 137]

   b) Keterampilan membaca (Mahārah al-Qirā’ah)

                   Sebagaimana halnya keterampilan menyimak, membaca mengandalkan kemampuan berbahasa yang pada dasarnya bersifat reseptif. Dengan membaca, seseorang pertama-tama berusaha untuk memahami informasi yang disampaikan orang lain dalam bentuk wacana tulis. Meskipun pemahaman terhadap isi wacana tulis itu bukan sematamata dan sepenuhnya terjadi tanpa kegiatan pada diri pembaca, namun kemampuan membaca pada dasarnya adalah kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif. Dalam hal ini informasi dan pesan yang disampaikan, dan bagaimana informasi serta pesan-pesan itu telah tersampaikan seorang pembaca pada dasarnya hanyalah bertindak sebagai penerima.[Abdul Wahab Rosyid, 2009, 92]

2. Pengertian Istimā’

Keterampilan menyimak sebagai salah satu kemampuan bahasa reseptif, mempunyai posisi yang penting dalam pembelajaran bahasa asing (termasuk di dalamnya bahasa Arab). Karena keterampilan inilah yang akan banyak berperan mengenalkan aturan-aturan bunyi yang belum dikenal dalam bahasa ibu. Istimā’ yang dalam bahasa inggris disebut listening, bukan sekedar samā’ (hearing), akan tetapi al-inshāt (auding). Dalam proses samā’, orang mendengar hanya sekedar mendengar, tanpa adanya perhatian dan tujuan. Berbeda dengan al-inshāt (auding), dalam proses ini orang mendengar memang sengaja mendengarkan, sehingga disertai dengan perhatian dan adanya tujuan yang ingin dicapai dalam proses mendengarnya itu.[ Muh. Nidom Hamami, 2013, 497- 498]

3. Pengertian Qirā’ah

Kata qirā’ah berasal dari kata قراءة- يقرأ- قرأ yang berarti membaca.23 Membaca merupakan salah satu dari 4 aspek keterampilan berbahasa yang terdiri dari: kemahiran menyimak, kemahiran berbicara, kemahiran membaca, dan kemahiran menulis.24 Membaca adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara langsung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dengan bahasa tulis.[acep hermawan, 143] Metode ini memiliki tujuan yang terfokus pada peserta didik agar dapat memiliki kompetensi membaca yang baik.

 Keterampilan membaca adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis (lambang-lambang tertulis) dengan melafalkan atau mencerna di dalam hati.[acep hermawan, 143] Khususnya mampu atau bisa membaca dengan menggunakan bahasa Arab yang baik dan benar.

 Kemampuan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting, tanpa membaca kehidupan seseorang akan statis dan tidak berkembang. Dalam pembelajaran bahasa secara umum, termasuk bahasa Arab urgensi keterampilan membaca tidak dapat diragukan lagi, sehingga pengajaran membaca merupakan salah satu kegiatan mutlak yang harus diperhatikan.[abdul hamid, 2010, 63]

 4. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Menyimak

            Dalam pembelajaran bahasa asing ada tingkatan pembelajaran, yaitu tingkat pemula (mubtadi’), menengah (mutawassitah), lanjut (mutaqaddim), dan tentunya setiap tingkat mempunyai karaktersitik yang berbeda-beda, baik tujuan, materi, media ataupun evaluasinya. Pada tingkat pemula tujuan utamanya adalah mengenal dengan baik aturan bunyi yang ada dalam bahasa Arab. Kemudian pada tingkat menengah dituntut untuk memahami perbedaan bunyi dan implikasinya terhadap makna dalam bahasa Arab dan memahami isi teks-teks sederhana yang disimak. Sedangkan pada tingkat lanjutan diharapkan mampu memahami isi dari apa yang telah disimak dan mengungkapkan kembali lewat bahasanya baik secara lisan maupun tulisan.[ Muh. Nidom Hamami, 498]

 5. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Membaca

                 Adapun tujuan khusus dari pembelajaran keterampilan membaca ini dibagi menjadi tiga tingkatan berbahasa, yaitu:

     a. Tingkat Pemula

   1) Mengenali lambang-lambang (simbol huruf)

   2) Mengenali kata dan kalimat

    3) Menentukan ide pokok dan kata kunci

    4) Menceritakan kembali isi bacaan pendek

                 b. Tingkat Menengah

                       1) Menemukan ide pokok dan ide penunjang

                       2) Menceritakan kembali berbagai jenis isi bacaan

                  c. Tingkat Lanjut

                       1) Menemukan ide pokok dan ide penunjang

                       2) Menafsirkan isi bacaan

                       3) Membuat inti sari bacaan

                         4) Menceritakan kembali berbagai jenis bacaan.[ Syaiful Mustofa, Strategi, 2011, 164]

 

 

Pembahasan

 Implikasi Metode Qirā’ah dalam Pembelajaran Keterampilan Menyimak (Mahārah al-Istimā’) untuk Pendidikan Tingkat Menengah

            Pembelajaran keterampilan menyimak tentu berlangsung secara berbeda dari keterampilan yang lain. Berikut adalah langkah-langkah pembelajaran keterampilan menyimak (mahārah al-istimā’) dengan menggunakan metode qirā’ah adalah sebagai berikut : [Muh. Nidom Hamami, 501]

1.      Bila dalam penyampaian materi ditemukan kosa kata yang sulit, pelajar mencatatnya, untuk kemudian didiskusikan dengan teman lain atau guru.

2.      Setelah masalah kosa kata terselesaikan, pelajar diminta untuk mendiskusikan isi dari teks yang disimak dalam satu kelompok yang telah dibentuk.

3.      Masing-masing wakil dari kelompok mempresentasikan apa yang telah dihasilkan dalam kelompoknya.

4.      Guru memberi umpan balik tentang isi dari materi yang disampaikan dengan memberi beberapa pertanyaan seputar pemahaman isi teks dan memberi tanggapan atas diskusi yang sedang berlangsung. Pada tahap ini latihan menyimak bertujuan agar siswa memiliki keterampilan memahami isi suatu teks lisan dan mampu secara kritis menangkap isi yang dikandungnya, baik yang tersurat maupun yang tersirat.

              Walaupun latihan-latihan menyimak bertujuan melatih pendengaran, tapi dalam praktek selalu diikuti dengan latihan pengucapan dan pemahaman, bahkan yang terakhir inilah yang menjadi tujuan akhir dari latihan menyimak. Jadi setelah mengenal bunyibunyi bahasa Arab melalui ujaran-ujaran yang didengarnya, ia kemudian dilatih untuk mengucapkan dan memahami makna yang dikandung oleh ujaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran istimā’ sekaligus melatih dasar-dasar kemampuan reseptif dan produktif.

Implikasi Metode Qirā’ah dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca (Mahārah al-Qirā’ah) untuk Pendidikan Tingkat Menengah

 

 

Adapun langkah penyajian yang mungkin dilakukan oleh guru dalam menggunakan metode qirā’ah dalam keterampilan membaca (mahārah al-qirā’ah) adalah sebagai berikut:

1.   Pendahuluan, berkaitan dengan berbagai hal tentang materi yang akan disajikan baik berupa apresiasi, atau tes awal tentang materi, atau yang lainnya.

2.   Pemberian kosa kata dan istilah yang dianggap sukar. Ini diberikan dengan definisidefinisi dan contoh-contoh dalam kalimat.

3.   Penyajian teks bacaan tertentu. Teks ini dibaca secara diam (al-qirā’ah asshāmitah/silent reading) selama kurang lebih 10-15 menit atau disesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia. Bisa juga guru menugaskan para pelajar untuk membaca teks ini di rumah masing-masing pelajar sebelum pertemuan ini. Cara ini lebih menghemat waktu sehingga guru dapat lebih leluasa mengembangkan bacaan di kelas.

4.   Diskusi mengenai isi bacaan. Langkah ini dapat berupa dialog dengan bahasa pelajar.         

5.   Pembicaraan atau penjelasan tentang tata bahasa secara singkat jika diperlukan untuk membantu pemahaman pelajar tentang isi bacaan.

6.   Jika guru di awal belum memberikan penjelasan kosa kata yang dianggap sukar dan relevan dengan materi pelajaran, maka pada langkah ini bisa dilakukan.

7.   Di akhir pertemuan guru memberikan tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan, misalnya: membuat rangkuman dengan bahasa pelajar, atau membuat komentar tentang isi bacaan, atau membuat diagram, atau yang lainnya. Jika dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas di rumah untuk membaca teks yang akan diberikan pada pertemuan selanjutnya.[acep hermawan, 194]

Dengan penggunaan metode qirā’ah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan reseptif siswa baik keterampilan menyimak atau membaca. Penulis memilih metode pembelajaran ini supaya mengkondisikan siswa untuk terbiasa membaca bahasa Arab. Target pembelajaran keterampilan membaca (mahārah alqirā’ah) ini adalah mampu membaca teks Arab dengan fasih, mampu menerjemahkan dan mampu memahaminya dengan baik dan lancar.

 

 

Simpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa salah satu persoalan yang sering ditemukan dalam proses pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Arab adalah pemilihan metode pengajaran. Metode merupakan cara yang dilalui untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Metode qirā’ah adalah cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca, baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati.

Dengan penggunaan metode qirā’ah diharapkan dapat meningkatkan keterampilan reseptif siswa baik keterampilan menyimak atau membaca. Pada kemahiran menyimak diharapkan siswa mampu memahami isi dari apa yang telah disimak dan mengungkapkan kembali lewat bahasanya baik secara lisan maupun tulisan. Adapun pada kemahiran membaca, dengan metode ini diharapkan para peserta didik dapat melafalkan kata-kata dan kalimat-kalimat bahasa Arab dengan fasih, lancar dan benar sesuai kaidah-kaidah yang telah ditentukan. Basis kegiatan pembelajarannya adalah memahami isi bacaan, didahului oleh pengenalan kosa kata pokok dan maknanya, kemudian mendiskusikan isi bacaan dengan bantuan guru. Pemahaman isi bacaan melalui proses analisis, tidak dengan penerjemahan harfiah, meskipun bahasa ibu boleh digunakan dalam mendiskusikan isi teks.

DAFTAR PUSTAKA

An-Nāqah, Mahmūd Kāmil. Tā’līm al-Lughah al-‘Arabiyyah li an-Nāthiqīn bi Lughāh Ukhrā : Asasuhu - Madākhiluhu - Thuruqu Tadrīsihi. Mekkah : Jamī’ah Ummul Qurā. 1985.   

Asyrofi, Syamsuddin. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta : Pokja Akademik. 2006.

Dahlia, Sri. “Urgensi Metode Qiroah Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di PTAI”. Jurnal Arabia, Vol. 5, No. 1 (2013) : 16.

Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang : Misykat. 2012.

Fahrurrozi, Aziz dan Erta Mahyudin. Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. 2012.

 Hai, Kemas Abdul dan Neldi Harianto. “Efektivitas Pembelajaran Qira’ah Pada Program Studi Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi”. Jurnal Titian, Vol. 1, No. 2 (2017) :129-130.

Hamami, Muh. Nidom. “Assesement dan Evaluasi Kemampuan Menyimak (Istima’) Dalam Pembelajaran Bahasa Arab”. Jurnal Turats. Vol.5. No.10 Desember 2013.

 Hamid, Abdul. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang : UIN Maliki Press. 2010.

Hermawan, Acep. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Remaja Rosda Karya. 2011. LISANUNA, Vol. 10, No. 1 (2020) 44

Izzan, Ahmad. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Bandung : Humaniora. 2004. Madkūr, ‘Ali Ahmad. Tādrīs Funūn al-Lughah al-‘Arabiyyah. Kairo: Dār al-Fikr al-‘Arabiy. 2006.

Mujib, Fathul. Rekonstruksi Pendidikan Bahasa Arab. Yogyakarta : PT Bintang Pustaka Abadi. 2010.

 Muna, Wa. Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori dan Aplikasi. Yogyakarta : Teras. 2011.

Munawwir, A.W dan Muhammad Fairuz. Kamus Al-Munawwir. Surabaya : Pustaka Progressif. 2007.

Mustofa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang : UIN Malang Press. 2011.

Rosyidi, Abdul Wahab. Media Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN Malang Press. 2009.

Sumardi, Mulyanto. Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi Metodologi. Jakarta : Bulan Bintang. 1974.

Tarigan, Djago dkk. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa, 1990.

Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. 1990


Post a Comment

Previous Post Next Post

Terkini